Selasa, 09 Oktober 2012

SAYATAN MELINTANG

Cerita Remaja
SAYATAN MELINTANG
Toto Endargo

Dokter bedah kandungan, dr. Warasno, Sp OG dibuat senam otak ketika si cantik teman SMA, Lara Anteng, datang ke tempat prakteknya. Hasil diagnosa jelas: Kista Ovarium. Ada dua cara mengatasinya Laparoskopi atau Laparotomi. Hem, sesuai fasilitas yang tersedia di rumah sakitnya, tindakan yang bisa dilakukannya adalah Laparotomi, pembedahan perut sampai membuka selaput perut. 
Etika kedokteran agar tidak terlibat secara emosi dengan pasiennya untuk kali ini tidak berlaku bagi dr. Warasno, Sp OG. Sepuluh semester ia tempuh untuk menjadi dokter bedah namun demi keselamatan Lara Anteng, dia perlu membuka kembali buku tentang operasi kista ovarium. Dengan tangannya dia harus membuka abdomen Lara Anteng, wanita yang pernah disimpan di kalbunya dengan penuh kekaguman.
“Dengan scalpel, sayat melintang! Sekitar sepuluh centimeter dibawah pusar!” gumamnya setelah membaca buku. “Sayat melintang, lima sampai sepuluh centimeter, sayatan dimulai dari kiri, ke kanan!”
Dan tibalah saatnya!
“Pasang kain operasi sekitar sepuluh centimeter di bawah pusar! Dua puluh menit lagi semoga operasi dapat kita mulai!” perintahnya kepada Mas Eman, asisten-operasinya, Kain operasi adalah kain yang tengahnya dilubangi. Lubang kain akan ditempatkan persis di atas garis sayat. Di tengah kain itulah sayatan harus dilakukan. 
Di kamar operasi, seluruh petugas siap melaksanakan tugas. Tindakan pra operasi rasanya sudah beres. Dokter Warasno, Sp.OG datang dalam keadaan steril. Dia kumpulkan seluruh petugas, dia memimpin berdoa agar tindakan laparotomi berjalan dan berhasil baik. Ketika seluruh petugas mempersiapkan diri, dr Warasno berkesempatan untuk sejenak memeriksa keadaan pasien dan kesiapan operasi.
Di benaknya bergaung, “Sayatan melintang! Sayatan melintang!”
Dilihatnya kain operasi, ditatapnya garis sayat di tengah lubang kain operasi. Tiba-tiba matanya membeliak, memancar marah. Dilepasnya masker di mulutnya. 
"Mas Eman!" dipanggillah asistennya dengan nada marah.
“Saya belum melakukan tindakan operasi, siapa yang telah melakukan sayatan, hah!”sergah dr Warasno tegas.
“Belum, Dok!” jawab Mas Eman dengan heran.
“Sayatan vertikal!” kata dokter dengan perasaan tidak karuan. Operasi kali ini taruhannya adalah jiwa Lara Anteng, wanita pujaan hatinya, dahulu!
“Sebentar Dok!” Mas Eman berkelebat ke pasien. Ada yang dilakukannya, hanya tujuh detik. Ia membetulkan kain operasi. Lalu ia menghadap sang dokter.
“Silahkan dok, tidak ada masalah!” kata Mas Eman mempersilahkan dokter Warasno untuk melakukan laparotomi.
Alhamdulillah, operasi berjalan lancar. Lara Anteng baik-baik saja, kalaupun pucat itu sewajarnya sebagai pasien operasi.
Satu jam kemudian sesama petugas operasi, pelan-pelan mendekati Mas Eman.
“Ada apa dokter Warasno seperti marah-marah?”
“Salah paham saja. Nggak papa. Semua sudah berlalu!”
“Iya tapi kenapa?”
“He, he, .. barangkali tanpa sengaja kain operasinya tertarik lebih ke bawah! Harusnya kan sepuluh centimeter di bawah pusar!”
“Lalu, yang tadi?”
“Yaaa, yang tadi sekitar dua puluh centimeter di bawah pusar.!”
“Lalu?”
“Ya, jadi tampak seperti ada sayatan vertikal! Paham!”
“Hah!” para petugas operasi, seketika itu, cekikikan!
He, he, he !
“Paham!” tanya Mas Eman sambil cengengesan
"Aduh, bodong banget dr. Warasno ya?" celetuk salah satu perawat putri.
"Barangkali karena strees, ya?" 
Bayangan yang harus dilakukan kan sayatan melintang, seperti tertulis di buku, tapi ketika melihat di pasiennya ternyata ada sayatan vertikal, dia jadi marah-marah. Padahal itu “sayatan” asli, dikiranya sayatan yang baru dibikin.
He, he, he…
Paham!

Ide ini terlintas ketika saya berada di sebuah rumah sakit.
Mohon maaf! Tulisan ini tidak direkomendasikan untuk dibaca oleh yang suka alergi terhadap sayatan vertikal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar