Selasa, 09 Oktober 2012

Herpestes Javanicus



Herpestes Javanicus

Bagi siswa ceritera adalah hal yang menarik. Mencermati hal tersebut maka ceritera dapat digunakan untuk “menghibur” siswa saya yang perlu perhatian lebih.
Pernah suatu ketika saya berhenti mengajar dan langsung minta perhatian siswa bahwa saya punya sebuah ceritera yang harus mereka dengarkan. Semacam “Breaking Story”. Siswa tentu saja senang kalau mendengarkan ceritera. Inilah salah satu ceritera saya.
“Tolong dengarkan  saya mau cerita!” saya mengawali ceritera. Siswa saya umumnya langsung memperhatikan. Barangkali mereka berharap saya akan berceritera yang bernuansa jenaka.
Dulu sewaktu saya kecil diceritai tentang kenapa seekor ayam bisa diterkam oleh seekor garangan, musang. Garangan (Herpestes javanicus) memakan kepiting sawah, kodok, ular, laba-laba, kalajengking, burung dan telur burung (biasanya burung puyuh) dan kalau sawahnya dekat dengan pemukiman warga, garangan sering juga makan ayam piaraan warga 
Dalam cerita itu ternyata ayam bisa tertangkap oleh garangan karena dibohongi  dengan diberi umpan benda yang bentuknya mirip bijian-bijian.
Konon garangan, kalau ada mangsa, terutama ayam, maka ia akan meringis, menampakkan giginya secara penuh. Konon pula gigi garangan bentuknya seperti deretan biji-bijian. Kepala dan tubuhnya disamarkan dengan warna tumbuhan di sekitarnya. Ayam yang melihat deretan gigi garangan akan tertarik untuk mendekatinya, sebab gigi garangan dikiranya biji jagung, atau bahkan biji padi.
Berapa lama garangan meringis? Garangan akan tetap meringis, menunjukan giginya selama menunggu, sampai sang mangsa mendekatinya. Tentu bisa cukup lama si garangan ini meringis. Namun minimal lima belas menit.
“Minimal lima belas menit” ulang saya.
Nah, ayam yang terpedaya, maka si ayam akan mendekat dan mendekat, akhirnya akan mematuk gigi garangan, Di saat inilah garangan secepat kilat menerkam ayam untuk dikuasai dan jadi mangsanya.
Begitulah tipu daya garangan terhadap ayam.
“Dari ceritera saya ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk memperdaya ayam garangan melakukannya dengan cara meringis“ saya pun mengakhiri cerita.
Dan kemudian.
“Pertanyaannya adalah, mengapa tiba-tiba saya berceritera tentang garangan yang meringis untuk memperdaya ayam?”tanya saya. Dan saya jawab sendiri.
“Sebab selama saya menerangkan hal pelajaran tadi, ada satu anak di antara kalian yang pringisan terus. Dia mengganggu teman sebangku yang sedang berusaha untuk mendengarkan penjelasan saya! Ada lima belas menit dia pringisan, unjuk gigi!” kata saya. Pandangan saya tidak saya tujukan kepada yang bersangkutan.
“Maka, nasehat saya. Jangan prangas-pringis, unjuk gigi, saat diajar!”
“Dalam ceritera tadi yang pringas-pringis adalah …..!”kalimat ini saya gantung. Tapi yang lirih dan yang keras terdengar juga jawaban mereka:
“Garangan!”
He, he, tentu saja saya pura-pura tidak mendengar!

Barangkali tidak hanya saya yang kadang nyindir siswanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar