Herpestes Javanicus
Bagi siswa ceritera
adalah hal yang menarik. Mencermati hal tersebut maka ceritera dapat digunakan
untuk “menghibur” siswa saya yang perlu perhatian lebih.
Pernah suatu ketika saya
berhenti mengajar dan langsung minta perhatian siswa bahwa saya punya sebuah
ceritera yang harus mereka dengarkan. Semacam “Breaking Story”. Siswa tentu
saja senang kalau mendengarkan ceritera. Inilah salah satu ceritera saya.
“Tolong dengarkan saya mau cerita!” saya mengawali ceritera.
Siswa saya umumnya langsung memperhatikan. Barangkali mereka berharap saya akan
berceritera yang bernuansa jenaka.
Dulu sewaktu saya kecil
diceritai tentang kenapa seekor ayam bisa diterkam oleh seekor garangan,
musang. Garangan (Herpestes javanicus) memakan kepiting sawah, kodok,
ular, laba-laba, kalajengking, burung dan telur burung (biasanya burung puyuh)
dan kalau sawahnya dekat dengan pemukiman warga, garangan sering juga makan
ayam piaraan warga
Dalam cerita itu ternyata
ayam bisa tertangkap oleh garangan karena dibohongi dengan diberi umpan benda yang bentuknya
mirip bijian-bijian.
Konon garangan, kalau ada
mangsa, terutama ayam, maka ia akan meringis, menampakkan giginya secara penuh.
Konon pula gigi garangan bentuknya seperti deretan biji-bijian. Kepala dan
tubuhnya disamarkan dengan warna tumbuhan di sekitarnya. Ayam yang melihat
deretan gigi garangan akan tertarik untuk mendekatinya, sebab gigi garangan
dikiranya biji jagung, atau bahkan biji padi.
Berapa lama garangan
meringis? Garangan akan tetap meringis, menunjukan giginya selama menunggu,
sampai sang mangsa mendekatinya. Tentu bisa cukup lama si garangan ini
meringis. Namun minimal lima belas menit.
“Minimal lima belas
menit” ulang saya.
Nah, ayam yang terpedaya,
maka si ayam akan mendekat dan mendekat, akhirnya akan mematuk gigi garangan,
Di saat inilah garangan secepat kilat menerkam ayam untuk dikuasai dan jadi
mangsanya.
Begitulah tipu daya
garangan terhadap ayam.
“Dari ceritera saya ini,
dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk memperdaya ayam garangan melakukannya
dengan cara meringis“ saya pun mengakhiri cerita.
Dan kemudian.
“Pertanyaannya adalah,
mengapa tiba-tiba saya berceritera tentang garangan yang meringis untuk
memperdaya ayam?”tanya saya. Dan saya jawab sendiri.
“Sebab selama saya
menerangkan hal pelajaran tadi, ada satu anak di antara kalian yang pringisan
terus. Dia mengganggu teman sebangku yang sedang berusaha untuk mendengarkan
penjelasan saya! Ada lima belas menit dia pringisan, unjuk gigi!” kata saya.
Pandangan saya tidak saya tujukan kepada yang bersangkutan.
“Maka, nasehat saya.
Jangan prangas-pringis, unjuk gigi, saat diajar!”
“Dalam ceritera tadi yang
pringas-pringis adalah …..!”kalimat ini saya gantung. Tapi yang lirih dan yang
keras terdengar juga jawaban mereka:
“Garangan!”
He, he, tentu saja saya
pura-pura tidak mendengar!
Barangkali tidak hanya
saya yang kadang nyindir siswanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar