Fakta
Lapangan
Ada alam sini dan ada alam sana.
Pada saatnya kita akan berada di alam
sana. Fasilitas yang disediakan oleh alam
sana sangat tergantung dari perbuatan yang dilakukan di alam sini. Semakin baik perbuatan di alam sini, semakin baik pula fasilitas
yang diterimanya di alam sana.
Nah ketika sampai di alam sana, seseorang yang karena merasa
diperlakukan tidak adil, ia melakukan somasi, bertanya ke penjaga alam sana.
“Maaf, saya mau tanya
semoga diperkenankan!”
“Oh, silakan!
Bertanyalah!”
Maka dengan semangat
untuk menuntut fasilitas yang lebih baik, ia bertanya.
“Kenapa fasilitas untuk
saya kalah jauh dengan fasilitas orang itu?”
“Hem, maksudnya mengapa
Anda yang mantan presiden dan juga juru dakwah, fasilitasnya kalah jauh dengan
orang itu yang hanya supir angkutan kota?”
“Betul! Kenapa juru dakwah
tidak lebih baik dari supir angkota?”
“Fakta di lapanganlah
yang menentukan!” jawab sang penjaga alam
sana.
“Maksudnya?”
“Anda sebagai juru dakwah
memang jamaahnya banyak, tapi ketika Anda berdakwah para jamaah justru seperti
dinina-bobo oleh irama ceramah Anda. Mereka akhirnya banyak yang tertidur,
minimal tidur-tidur ayam, dari pada yang berdzikir mengingat Allah!”
“Ah….. Lalu?”
“Lain dengan supir
angkota! Dia memang sepertinya tidak berdakwah, tapi seluruh jamaahnya,
penumpangnya, seratus persen, sepanjang bersamanya, berdzikir dengan khusu’ dan
sangat serius, memohon ampunan Allah!”
“Lho, maksudnya?”
“Dia kan supir angkota
yang suka ngebut. Sehingga begitu ia menjalankan kendaraannya, maka seketika
itu juga, seluruh penumpang, sepanjang perjalanan, terus-menerus berdzikir!
Astaghfirullah, Astaghfirullah, … terus begitu, atau bacaan yang lain, dengan
sepenuh jiwa raganya! Seratus persen serius!”
“Astaghfirullah hal azim!
He, he, tulisan ini pada
intinya hanya mengulang “guyonan” Gus Dur yang pernah saya baca di sebuah
situs.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar