Kisah Kelahiran Bondan Kejawen
Menurut "Serat Carub Kandha"
Berikut
ini adalah kutipan langsung dari sebuah serat “Carub Kandha, Carang Seket”
khusu cerita kesepuluh yang di dalamnya terdapat kisah kelahiran Bondan
Kejawen.
Penulis
buku ini adalah H. Muhamad Pakih, atau Kiyai Tajam, sama dengan H. Abdul Jalil,
dari Kampung Pekarungan, Kotamadya Cirebon. Selesai ditulis pada hari Jumat
Pon, pukul 17.00, tanggal 26 Julkaidah Tahun He, atau Tahun 1324 H (1906 M).
Tersurat
dalam Tembang Balabak, demikian:
1.
Carang sapuluh king pang Carub
Kandhaning, jawane ingkang tumurun maring sultan-sultaning mangkone kasultanan
Jawa muwah maring wali jawine
2.
Sunan kawaliyan kang campur terasing
ngarabe ingkang sami murwa agamane sami, jawane saking warisan asal-usule iki
jawane.
3.
Kang saweneh saking Sunda andum waris
sirane asalira saking ibu kang pinanggih, wawahe kedadiyan aja kaelokan mring,
mbesuke
4.
Wong kang nyelang negara dudu
turuning tilapi katambuhan tan weruh asal pinanggih mbesuke kaya Maostikta
kaslap Demak tan ngawruhi titise,
5.
Kesamaran Demak kaslang Pajang dening
besuke utawa mbesuk ing Pajang kaslan dening Matrame utawa besuk Matram kaslang
Swareki ujare.
6.
Pon iku sejatine turun waris, samare
carang sing Aryang Banga ingkang kapundi, pditane iku putra Aryang Banga
ingkang nami, tekade
7.
Ki Gedhe Matalarasa mangka iki,
putrane Gedheng Metir namanira turunane, putrane Gedheng Majatengah iku iya
nuli, putrane.
8.
Ki Gedheng Maja akeh dhuk nama nuli,
turune Apeputra Ki Gendheng Kartadipuri, gampunge ing tapanira lami agesang
nuli, nurute.
9.
Ika peputra estri ingkang kekalih,
namane ingkang aneng Nyai Rara Kembang iki, namane kang sepuh Nyi Wandan Jenar
nata jawi, karsane.
10. Sang ngalaga Brawijaya Surasaki, luware nganglu wantune dadiya tekan
wangsit, doyane yen sang prabu arep waras panangluning, turane.
11. Sang Prabu kuduwa manganggo mring estri, wandane Wandan kuning warnine
mangko saiki, tangtune tangtu kena sira waras kang tumuli, benjinge.
12. Sang Prabu anitah mantri angulati, istrine ingkang mangrupi wandanan
jenar iki, rupane datan antara wus kapendhak mring gadis, putrane.
13. Putranira Kartadipura utami, ature wus kahatur marang sang nata dumadi,
karsane sang prabu manggih usada nuli guling, karsane.
14. Kaih Nyi Wandan Surasa kang lelariki, warase dadiya Nyi Wandan nuliya
garbini, raose salamining sang prabu langkung asengit, ewahe.
15. Aningali Nyi Wandan Jenar milasi, tembunge kantos binabar lanang
payayineki, rupane sang prabu ngandika aken buwang maring, alase.
16. Drapon sidhem catu ilang wartaneki, mantrine kang kinen buwang klangkung
welas ireki, tingale kalangkung ing pelagipun jabang bayi, rupane.
17. Dadya api-api kesah ngalas iki, ingkale kale ora den simpen ing
dhewekneki, umahe umah kang sempar ja ana kang ngawruhi, karsane.
18. Den tik-itik kaduga merjaka iki, lawase ingaranan sang Jaka Bondan
Kejawi, parenge sareng-sareng sang jaka kagungan pikir, pyambeke.
19. Ingkang den buwang dening kang ramaneki, asike dadiya apepolos ning alas
iki, dirine angantepi kasutapaning ireki. karepe.
20. Wus awor lawan siluman gunungneki, gununge ing guwa tigang taun lamine
reki lawase anggenipun atetapa mbucal diri, darate.
21. Sanak raja minamuwa eprineki, darate iki pujine epri ing daratneki, ujare
Hyang Aluhur ing benda arkitah iki, semune.
22. Mujikaken mulyakaken Bondan Kajawi, mulane malah jodo kelawan bangsa
Banujin, istrine bisa adang pari gegedhengan iki, bisane.
23. Dadi sega tan susah tinutu malih, kwasane tan ana suwe lamon sesawah iki,
gunane lawan bisa nandhur kapas ingkang iki, uwohe.
24. Thethukulan tan susah anganthi malih, bisane lawan bisa anenun rasukan
iki, ujare ujare ingkang tampa dongdoman malih, tenune.
25. Lawan geni kang dadi ilang gegeting, regede leledhuging sinjang sewet
wutu iki, mulane tanpa kara lami-lamining ngaurip, gesenge.
26. Bondan Kejawan nuli peputra iki, Ki Gedhe ing Pamanahan iya iku besuking,
turune tumurun kasultanan Mataram benjing, turune.
27. Kutha mulya kelawan malih putraning, turune Bondan Kejawan nama Ki Pandan
Jawi, namane iya iku ingkang gadhang trah turaning, batose.
====ooo0ooo====
Terjemahan bebas:
1. Ceritera yang kesepuluh ini adalah
salah satu dari Aneka Ragam Ceritera, kali ini bermaksud memaparkan
Sultan-sultan hingga sekarang ini, merupakan kesultanan Jawa dengan wali Sanga
di Jawa ini adalah semua keturunan dan
2. semua Sunan dan kewalian yang
bercampur dengan darah keturunan Arab, yang masing-masing saling memuliakan
agama. Semuanya ini semula merupakan warisan luhur dari seluruh leluhur.
3. Ada yang termasuk Sunda merupakan
pembagian wana karena ada hubungannya dari garis ibu yang dapat diper
temukannya, sehingga jangan sampai terseling atau terselip oleh keturunari yang
bukan dari garis keturunannya.
4. Orang yang nyelip di dalam negara
yang bukan turun wars akan bercampur menjadi satu sehingga kelak di kemudian
hari tidak diketahui asal dari mana sesungguhnya. Seperti terjadi terhadap
Majapahit yang terselip oleh Demak, banyak yang tidak diketahui asal-usul
keturunannya.
5. Kita mendapatkan kesamaran terhadap
Demak yang terselang oleh Pajang menimbulkan keraguan pada akhirnya. Atau kelak
kemudian hari di Pajang terselang oleh Mataram, Atau kelak Mataram akan
terselang oleh suara-suara maupun pengaruh-pengaruh lainnya.
6. Semua itu sesungguhnya merupakan
turun waris atau ialah sebagai pembagian waris. Kesamaran itu terjadi dari
ceritera yang bersumber dari Arya Banga yang mana sesungguhnya anak Arya Banga
yang mana? Sesungguhnya anak Arya Banga yang bernama
7. Ki Gedheng Matalarasa bertekad untuk
meluruskan. Maka Ki Gedheng Matalarasa beranak Ki Gedheng Metir namanya,
turunannya ialah bernama Ki Gedheng Majatengah. Lalu Ma-jatengah beranak yang
memakai gelar perempuan
8. pula ialah Ki Gedheng Maja. Ki
Gedheng Maja beranak Ki Gedheng Kartadipura, kemudian ia melakukan tapanya
sepanjang hidupnya. Lalu ia beranak perempuan
9. dua orang, disebutnya ialah Nyai Rara
Kembang sedangkan yang tua disebutnya Nyai Wandan Jenar telah menjadi raja di
tanah Jawa. Bisa kejadian ini disebabkan ketika itu
10. sang perwira Raja Brawijaya Surasaki
sedang menderita sakit gawat, sehingga datanglah wangsit dari salah seorang tamunya.
Apabila sang prabu ingin sembuh dari penyakit yang dideritanya itu
11. sang prabu harus beristri dengan
seorang perempuan. Dalam wangsitnya itu perempuan berwarna kulit kuning. Oleh
karenanya sang prabu harus berjodoh dengan yang disebut Nyi Wandan Kuning, atau
wanita berkulit kuning langsat, Dari akibat perkawinannya itulah sang raja
bakal sembuh dari sakit yang dideritanya itu.
12. Lalu sang raja memerintahkan seorang
mantrinya untuk mencari seorang puteri yang berkulit kuning langsat itu. Tidak
lama kemudian perempuan yang dicarinya itu ketemu,
13. ialah tidak lain seorang gadis anak
Ki Kartadipura. Kartadipura merelakan, anaknya itu diserahkannya kepada sang
raja Majapahit, pertama bermaksud agar sang raja akan sembuh dari penyakitnya.
Maka sudah dipertemukan dalam peraduan sang raja.
14. Ternyata sembuhlah sang prabu setelah
bersanggama dengan gadis itu. Dan tidak lama maka buntinglah Nyi Wandan
Selanjutnya sang prabu bersifat membenci Nyi Wandan Tanpa ada yang menjadi
sebab sang prabu sangat membenci kepada istrinya seorang ini.
15. Apalagi setelah melihat kandungan
perempuan itu lahir seorang bayi laki-laki, sang prabu memerintahkan agar bayi
itu dibuang saja di tengah rimba.
16. Agar supaya hilang berita dari segala
kejadian ini. Namun mantrinya yang diperintahkan sang prabu merasa kasihan
kepada bayinya itu. Sebab bayinya sangat bagus sekali.
17. Oleh karena itu ia hanya berpura-pura
pergi ke rimba dengan membawa bayinya. Begitu pula walaupun ia merasa sayang
kepada bayinya, namun tidak ia pelihara dalam rumahnya sendiri, la simpan
bayinya ini di tempat dan di sebuah rumah yang jarang didatangi tamu.
18. Setelah dewasa dan telah menjadi
seorang pemuda, diteliti teliti telah diberinya nama sang Jaka Bondan Kejawen
Dan sang mantri itu berkehendak sama-sama dengan pemuda ini dalam hatinya,
bahwa
19. Anaknya yang dibuang oleh ayahandanya
ini dijadikan tanda di dalam rimba itu dengan melakukan bertapa sehingga
mencapai hasil memuaskan.
20. la telah bercampur gaul dengan semua
siluman gunung. Pemuda itu bertapa di guha selama tiga tahun, benar-benar
membanting raga.
21. Berfamilian dengan anak raja peri,
baik peri darat maupun peri laut. Ia dipuji dan dikagumi oleh para peri darat,
kata-nya, "Engkau telah mendapat restu dan rido Hyang Maha-luhur."
22. Mereka semua makhluk halus memujakan
dirinya dan hormati dirinya, oleh karena itu ia dijodohkan dengan puteri
golongan bangsa Banujin, Istrinya itu bisa memasak nasi hanya dengan padi saja,
23. namun telah menjadi nasi, jadi tidak
melalui proses ditumbuk dulu supaya menjadi beras. Apabila berladang atau bersawah
sekejap sudah bisa dipaneni. Menanam kapas sekejap sudah langsung menjadi bahan
pakaian.
24. Tanam-tanaman tidak usah menunggu
lama sekejap bisa berbuah dan dapat langsung dinikmati hasil buahnya. Begitu
pula istrinya pandai menenun dan pakaian yang dibuatnya itu tanpa memakai
jahitan.
25. Mencuci pakaian bukan dengan air,
tetapi dengan api semua menjadi bersih dan bahkan wutuh kembali sebagai pakaian
baru saja. Begitulah seluruh kehidupan sang
26. Bondan Kejawen, kemudian tidak lama
ia mempunyai anak yang menurunkan kepada Ki Gedheng Pamanahan yang kelak
menurunkan Kasultanan Mataram.
27. Sebuah kerajaan yang paling mulia di
Jawa dan lagi turunan-nya yang lain, sebagai putera dari Bondan Kejawen ini
adalah Ki Pandan Jawi namanya. Dialah yang bakal menjadi terah darah langsung
yang memiliki semangat perjuangan ayahan-danya.
====ooo0ooo====
Semoga bermanfaat!