Politik Dalam Pewayangan (12): Presiden – Semar Mbarang Jantur
Politik Dalam Pewayangan dan Kehidupan Nyata
Semar Mbarang Jantur
Semar adalah tokoh bijak dalam pewayangan yang mengasuh dan
membimbing Arjuna layaknya anak kandungnya sendiri. Dalam suatu perjalanan,
Arjuna terlibat pertarungan sengit dengan seorang raksasa hingga ia jatuh
terkapar kelelahan. Untuk melanjutkan perjalanannya, Arjuna membutuhkan energi
yang cukup, termasuk makanan sebagai penguat.
Sebagai pemomong setia, Semar tidak tinggal diam. Ia
bersama ketiga punakawannya—Gareng, Petruk, dan Bagong—melakukan "Mbarang Jantur," yaitu
mengamen dengan berbagai cara: menari, bercerita, melawak, dan bersandiwara.
Berkat kecerdikan dan kebijaksanaannya, mereka berhasil memperoleh makanan dari
seorang gadis cantik bernama Rara Ireng, yang kelak dikenal sebagai Sumbadra,
istri Arjuna.
Mbarang Jantur mencerminkan bagaimana seorang pemimpin atau pendamping tokoh utama
harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik, kecerdasan, dan keluwesan dalam
menarik perhatian serta simpati masyarakat.
Korelasi dengan Politik di Indonesia
Dalam dunia politik Indonesia, fenomena "Semar Mbarang Jantur" dapat
kita lihat dalam kampanye politik para pemimpin nasional yang berusaha
menggalang dukungan bagi calon-calon yang mereka usung. Seperti Semar yang
mengerahkan segala kemampuannya untuk kepentingan Arjuna, para tokoh politik
juga mengerahkan seluruh daya dan upaya mereka untuk memenangkan kandidat yang
mereka dukung.
Misalnya, Presiden Joko
Widodo turun langsung menjadi pemomong politik bagi putranya, Gibran, saat berkampanye untuk
kemenangan Prabowo Subianto dalam Pemilu 2024. Hal serupa juga pernah dilakukan
oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
yang aktif berkampanye untuk putranya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dalam Pilgub DKI Jakarta 2017.
Bahkan, SBY, Prabowo, dan Jokowi
juga pernah bersatu dalam mendukung Ridwan
Kamil di Pilgub 2024.
Dalam politik, setiap pemimpin yang berkampanye harus memiliki strategi komunikasi yang
tepat agar dapat menarik perhatian rakyat. Seperti Semar yang memanfaatkan
seni dan kebijaksanaan dalam Mbarang
Jantur, para politisi pun menggunakan berbagai cara untuk meyakinkan
pemilih, baik melalui pidato, debat, media sosial, hingga blusukan ke berbagai
daerah.
Belajar dari Pewayangan
Semar dan para punakawan dalam Mbarang Jantur menunjukkan bahwa dalam perjuangan memenangkan hati
rakyat, diperlukan lebih dari sekadar ambisi. Ada unsur kecerdasan, kebijaksanaan, kehumoran, dan kedekatan dengan masyarakat.
Demikian pula dalam dunia politik, kampanye yang efektif tidak hanya bergantung
pada janji-janji semata, tetapi juga pada bagaimana seorang pemimpin mampu
membangun kedekatan emosional dengan rakyatnya.
Politisi yang sukses bukan hanya yang mampu berbicara,
tetapi juga yang mampu memahami dan menyentuh hati masyarakat. Seperti halnya
Semar yang tidak sekadar memberi makan Arjuna, tetapi juga membimbingnya menuju
kemenangan.
Hikmah Pewayangan
Dari kisah Semar
Mbarang Jantur, kita dapat mengambil beberapa pelajaran penting:
- Kepemimpinan adalah tentang pengabdian. Seorang pemimpin sejati harus siap bekerja keras untuk
mendukung dan membimbing mereka yang dipimpinnya.
- Komunikasi dan strategi sangat penting. Seperti Semar yang menggunakan berbagai cara untuk menarik
perhatian, politisi harus mampu menyampaikan pesan yang dapat diterima
dengan baik oleh masyarakat.
- Kepercayaan rakyat harus diraih dengan
keikhlasan. Kampanye yang efektif bukan
sekadar tentang pencitraan, tetapi juga tentang membangun hubungan yang
tulus dengan rakyat.
Penutup
Semar Mbarang Jantur dalam dunia pewayangan bukan sekadar cerita hiburan, tetapi juga
cerminan realitas politik yang kita lihat hari ini. Kepemimpinan membutuhkan
lebih dari sekadar kekuatan dan ambisi—ia membutuhkan kebijaksanaan, komunikasi
yang baik, dan kepedulian yang tulus terhadap masyarakat. Semoga para politisi
Indonesia dapat mengambil pelajaran dari kisah ini dan menjadi pemimpin yang
bijaksana serta dicintai rakyatnya.
Semoga bermanfaat. Maturnuwun.
Toto Endargo
Catatan: Artikel ini pernah dimuat di Kompasiana
#totoendargo
#purbalingga
#kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar