Sabtu, 17 Mei 2025

Kisah Kelahiran Bondan Kejawen Menurut "Serat Carub Kandha"


 Kisah Kelahiran Bondan Kejawen Menurut "Serat Carub Kandha"

Berikut ini adalah kutipan langsung dari sebuah serat “Carub Kandha, Carang Seket” khusu cerita kesepuluh yang di dalamnya terdapat kisah kelahiran Bondan Kejawen.

Penulis buku ini adalah H. Muhamad Pakih, atau Kiyai Tajam, sama dengan H. Abdul Jalil, dari Kampung Pekarungan, Kotamadya Cirebon. Selesai ditulis pada hari Jumat Pon, pukul 17.00, tanggal 26 Julkaidah Tahun He, atau Tahun 1324 H (1906 M).

Tersurat dalam Tembang Balabak, demikian:

1.     Carang sapuluh king pang Carub Kandhaning, jawane ingkang tumurun maring sultan-sultaning mangkone kasultanan Jawa muwah maring wali jawine

2.     Sunan kawaliyan kang campur terasing ngarabe ingkang sami murwa agamane sami, jawane saking warisan asal-usule iki jawane.

3.     Kang saweneh saking Sunda andum waris sirane asalira saking ibu kang pinanggih, wawahe kedadiyan aja kaelokan mring, mbesuke

4.     Wong kang nyelang negara dudu turuning tilapi katambuhan tan weruh asal pinanggih mbesuke kaya Maostikta kaslap Demak tan ngawruhi titise,

5.     Kesamaran Demak kaslang Pajang dening besuke utawa mbesuk ing Pajang kaslan dening Matrame utawa besuk Matram kaslang Swareki ujare.

6.     Pon iku sejatine turun waris, samare carang sing Aryang Banga ingkang kapundi, pditane iku putra Aryang Banga ingkang nami, tekade

7.     Ki Gedhe Matalarasa mangka iki, putrane Gedheng Metir namanira turunane, putrane Gedheng Majatengah iku iya nuli, putrane.

8.     Ki Gedheng Maja akeh dhuk nama nuli, turune Apeputra Ki Gendheng Kartadipuri, gampunge ing tapanira lami agesang nuli, nurute.

9.     Ika peputra estri ingkang kekalih, namane ingkang aneng Nyai Rara Kembang iki, namane kang sepuh Nyi Wandan Jenar nata jawi, karsane.

10.  Sang ngalaga Brawijaya Surasaki, luware nganglu wantune dadiya tekan wangsit, doyane yen sang prabu arep waras panangluning, turane.

11.  Sang Prabu kuduwa manganggo mring estri, wandane Wandan kuning warnine mangko saiki, tangtune tangtu kena sira waras kang tumuli, benjinge.

12.  Sang Prabu anitah mantri angulati, istrine ingkang mangrupi wandanan jenar iki, rupane datan antara wus kapendhak mring gadis, putrane.

13.  Putranira Kartadipura utami, ature wus kahatur marang sang nata dumadi, karsane sang prabu manggih usada nuli guling, karsane.

14.  Kaih Nyi Wandan Surasa kang lelariki, warase dadiya Nyi Wandan nuliya garbini, raose salamining sang prabu langkung asengit, ewahe.

15.  Aningali Nyi Wandan Jenar milasi, tembunge kantos binabar lanang payayineki, rupane sang prabu ngandika aken buwang maring, alase.

16.  Drapon sidhem catu ilang wartaneki, mantrine kang kinen buwang klangkung welas ireki, tingale kalangkung ing pelagipun jabang bayi, rupane.

17.  Dadya api-api kesah ngalas iki, ingkale kale ora den simpen ing dhewekneki, umahe umah kang sempar ja ana kang ngawruhi, karsane.

18.  Den tik-itik kaduga merjaka iki, lawase ingaranan sang Jaka Bondan Kejawi, parenge sareng-sareng sang jaka kagungan pikir, pyambeke.

19.  Ingkang den buwang dening kang ramaneki, asike dadiya apepolos ning alas iki, dirine angantepi kasutapaning ireki. karepe.

20.  Wus awor lawan siluman gunungneki, gununge ing guwa tigang taun lamine reki lawase anggenipun atetapa mbucal diri, darate.

21.  Sanak raja minamuwa eprineki, darate iki pujine epri ing daratneki, ujare Hyang Aluhur ing benda arkitah iki, semune.

22.  Mujikaken mulyakaken Bondan Kajawi, mulane malah jodo kelawan bangsa Banujin, istrine bisa adang pari gegedhengan iki, bisane.

23.  Dadi sega tan susah tinutu malih, kwasane tan ana suwe lamon sesawah iki, gunane lawan bisa nandhur kapas ingkang iki, uwohe.

24.  Thethukulan tan susah anganthi malih, bisane lawan bisa anenun rasukan iki, ujare ujare ingkang tampa dongdoman malih, tenune.

25.  Lawan geni kang dadi ilang gegeting, regede leledhuging sinjang sewet wutu iki, mulane tanpa kara lami-lamining ngaurip, gesenge.

26.  Bondan Kejawan nuli peputra iki, Ki Gedhe ing Pamanahan iya iku besuking, turune tumurun kasultanan Mataram benjing, turune.

27.  Kutha mulya kelawan malih putraning, turune Bondan Kejawan nama Ki Pandan Jawi, namane iya iku ingkang gadhang trah turaning, batose.

====ooo0ooo====


Terjemahan bebas:

1.     Ceritera yang kesepuluh ini adalah salah satu dari Aneka Ragam Ceritera, kali ini bermaksud memaparkan Sultan-sultan hingga sekarang ini, merupakan kesultanan Jawa dengan wali Sanga di Jawa ini adalah semua keturunan dan

2.     semua Sunan dan kewalian yang bercampur dengan darah keturunan Arab, yang masing-masing saling memuliakan agama. Semuanya ini semula merupakan warisan luhur dari seluruh leluhur.

3.     Ada yang termasuk Sunda merupakan pembagian wana karena ada hubungannya dari garis ibu yang dapat diper temukannya, sehingga jangan sampai terseling atau terselip oleh keturunari yang bukan dari garis keturunannya.

4.     Orang yang nyelip di dalam negara yang bukan turun wars akan bercampur menjadi satu sehingga kelak di kemudian hari tidak diketahui asal dari mana sesungguhnya. Seperti terjadi terhadap Majapahit yang terselip oleh Demak, banyak yang tidak diketahui asal-usul keturunannya.

5.     Kita mendapatkan kesamaran terhadap Demak yang terselang oleh Pajang menimbulkan keraguan pada akhirnya. Atau kelak kemudian hari di Pajang terselang oleh Mataram, Atau kelak Mataram akan terselang oleh suara-suara maupun pengaruh-pengaruh lainnya.

6.     Semua itu sesungguhnya merupakan turun waris atau ialah sebagai pembagian waris. Kesamaran itu terjadi dari ceritera yang bersumber dari Arya Banga yang mana sesungguhnya anak Arya Banga yang mana? Sesungguhnya anak Arya Banga yang bernama

7.     Ki Gedheng Matalarasa bertekad untuk meluruskan. Maka Ki Gedheng Matalarasa beranak Ki Gedheng Metir namanya, turunannya ialah bernama Ki Gedheng Majatengah. Lalu Ma-jatengah beranak yang memakai gelar perempuan

8.     pula ialah Ki Gedheng Maja. Ki Gedheng Maja beranak Ki Gedheng Kartadipura, kemudian ia melakukan tapanya sepanjang hidupnya. Lalu ia beranak perempuan

9.     dua orang, disebutnya ialah Nyai Rara Kembang sedangkan yang tua disebutnya Nyai Wandan Jenar telah menjadi raja di tanah Jawa. Bisa kejadian ini disebabkan ketika itu

10.  sang perwira Raja Brawijaya Surasaki sedang menderita sakit gawat, sehingga datanglah wangsit dari salah seorang tamunya. Apabila sang prabu ingin sembuh dari penyakit yang dideritanya itu

11.  sang prabu harus beristri dengan seorang perempuan. Dalam wangsitnya itu perempuan berwarna kulit kuning. Oleh karenanya sang prabu harus berjodoh dengan yang disebut Nyi Wandan Kuning, atau wanita berkulit kuning langsat, Dari akibat perkawinannya itulah sang raja bakal sembuh dari sakit yang dideritanya itu.

12.  Lalu sang raja memerintahkan seorang mantrinya untuk mencari seorang puteri yang berkulit kuning langsat itu. Tidak lama kemudian perempuan yang dicarinya itu ketemu,

13.  ialah tidak lain seorang gadis anak Ki Kartadipura. Kartadipura merelakan, anaknya itu diserahkannya kepada sang raja Majapahit, pertama bermaksud agar sang raja akan sembuh dari penyakitnya. Maka sudah dipertemukan dalam peraduan sang raja.

14.  Ternyata sembuhlah sang prabu setelah bersanggama dengan gadis itu. Dan tidak lama maka buntinglah Nyi Wandan Selanjutnya sang prabu bersifat membenci Nyi Wandan Tanpa ada yang menjadi sebab sang prabu sangat membenci kepada istrinya seorang ini.

15.  Apalagi setelah melihat kandungan perempuan itu lahir seorang bayi laki-laki, sang prabu memerintahkan agar bayi itu dibuang saja di tengah rimba.

16.  Agar supaya hilang berita dari segala kejadian ini. Namun mantrinya yang diperintahkan sang prabu merasa kasihan kepada bayinya itu. Sebab bayinya sangat bagus sekali.

17.  Oleh karena itu ia hanya berpura-pura pergi ke rimba dengan membawa bayinya. Begitu pula walaupun ia merasa sayang kepada bayinya, namun tidak ia pelihara dalam rumahnya sendiri, la simpan bayinya ini di tempat dan di sebuah rumah yang jarang didatangi tamu.

18.  Setelah dewasa dan telah menjadi seorang pemuda, diteliti teliti telah diberinya nama sang Jaka Bondan Kejawen Dan sang mantri itu berkehendak sama-sama dengan pemuda ini dalam hatinya, bahwa

19.  Anaknya yang dibuang oleh ayahandanya ini dijadikan tanda di dalam rimba itu dengan melakukan bertapa sehingga mencapai hasil memuaskan.

20.  la telah bercampur gaul dengan semua siluman gunung. Pemuda itu bertapa di guha selama tiga tahun, benar-benar membanting raga.

21.  Berfamilian dengan anak raja peri, baik peri darat maupun peri laut. Ia dipuji dan dikagumi oleh para peri darat, kata-nya, "Engkau telah mendapat restu dan rido Hyang Maha-luhur."

22.  Mereka semua makhluk halus memujakan dirinya dan hormati dirinya, oleh karena itu ia dijodohkan dengan puteri golongan bangsa Banujin, Istrinya itu bisa memasak nasi hanya dengan padi saja,

23.  namun telah menjadi nasi, jadi tidak melalui proses ditumbuk dulu supaya menjadi beras. Apabila berladang atau bersawah sekejap sudah bisa dipaneni. Menanam kapas sekejap sudah langsung menjadi bahan pakaian.

24.  Tanam-tanaman tidak usah menunggu lama sekejap bisa berbuah dan dapat langsung dinikmati hasil buahnya. Begitu pula istrinya pandai menenun dan pakaian yang dibuatnya itu tanpa memakai jahitan.

25.  Mencuci pakaian bukan dengan air, tetapi dengan api semua menjadi bersih dan bahkan wutuh kembali sebagai pakaian baru saja. Begitulah seluruh kehidupan sang

26.  Bondan Kejawen, kemudian tidak lama ia mempunyai anak yang menurunkan kepada Ki Gedheng Pamanahan yang kelak menurunkan Kasultanan Mataram.

27.  Sebuah kerajaan yang paling mulia di Jawa dan lagi turunan-nya yang lain, sebagai putera dari Bondan Kejawen ini adalah Ki Pandan Jawi namanya. Dialah yang bakal menjadi terah darah langsung yang memiliki semangat perjuangan ayahan-danya.

 

====ooo0ooo====

 

Semoga bermanfaat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar