Sabtu, 06 November 2021

Jebakan Kupu-kupu

Jebakan Kupu-kupu 
Toto Endargo
Sebuah puisi ditulis dengan sebuah renungan filosofi yang sungguh memikat. Sebuah kemudahan yang terbalut dalam keindahan. 
....... 
Kalau ingin kupu-kupu, 
jangan tangkap kupu-kupunya, 
pasti ia akan terbang. 
Tetapi tanamlah bunga-bunga, 
maka kupu-kupu akan datang sendiri 
dan membentangkan sayap-sayapnya yang indah. 
Bahkan bukan hanya kupu-kupu yang datang, 
tetapi kawanan yang lain juga kan datang 
. ...... 
Hehe .., ada aktivitas yang terabadikan. 
Bahwa saat kupu-kupu berkepak di bunga-bunga, 
ada yang singgah sambil melakukan ritual vital, 
melepaskan dan meletakkan telur-telurnya. 
Sehingga 3 sampai 7 hari setelahnya, 
daun-daun tumbuhan mulai hilang bentuk, 
mulai merana dilanda tukang ukir daun, 
si ulat melata dari telur yang sudah menetas. 
Sang ulat pengukir daun begitu rakusnya, 
hingga kadang, 
daun tumbuhan bunga, tinggal tulang pokoknya. 
Semakin besar sang kupu-kupu, 
semakin besar dan semakin rakus pula, 
si ulat penerus generasinya. 
Semakin indah sayap sang kupu-kupu, 
semakin unik wujud ulatnya. 
.
Jebakan kupu-kupu. 
Dalam keindahan bentang terbang sayapnya, ternyata terdapat perilaku yang dapat mengancam kehidupan yang lain. Ironisnya perilaku tersebut dilakukan dengan sadar dan sengaja demi kelangsungan hidup dan kehidupan anak-cucunya. 
Teganya, teganya, teganya! 
Tega! 
Di dalam gebyar yang tampak memikat, 
ada kemungkinan, 
ada keburukan yang membahayakan. 
Semakin berkilau 
dan semakin mengagumkan dalam pandangan, 
maka, mungkin, 
akan semakin unik 
potensi bencana yang akan ditimbulkannya. 
Jadi ..., Tanamlah bunga-bunga, 
agar kupu-kupu datang ke taman bunga. 
Telitilah daun-daunnya, 
agar ulat tak sempat merusak si taman bunga. 
Jadi ..., 
Kupu-kupu yang datang, 
perilakunya harus dievaluasi, 
semoga tidak berpengaruh negatif 
terhadap keberadaan isi taman bunga. 
Oke! 
"Pak, judulnya; Jebakan Kupu-kupu, ya?" 
"Iya" 
"Kupu-kupu malam, apa juga menjebak?" 
"Nggak tahu?" 
"Pak Guru, lombo! Mesthi priksa! Kalau kupu-kupu kertas, bagaimana, Pak?" 
"Kupu-kupu kertas, sie apa? Mbok sing neng lagune Ebiet G Ade?" 
"Nggih, Pak. Tapi belum paham! Pak Guru, tahu?" 
"Ngerti, tapi anu, ngarang, mung ngira-ira!" 
"Napa, Pak?Niku" 
"Kupu-kupu itu simbol perempuan, wanita, bukan betina. Kertas itu maksudnya buku, sarana untuk belajar!" "Jadi ...?" 
"Jadi, yang jadi 'kupu-kupu kertas' itu, kalau nggak para pelajar perempuan, ya para mahasiswi!" 
"Oh, gitu ya, Pak. Asli saya baru paham! Hehe, Pak Guru, printer ya?" 
"Ngarang, deneng, printer? Apa nggo nyetak?" 
"Nggih, Pak! Nyetak lare, saged dados printer!" 
"Mbuhlah! Ana-ana, bae!" 
"Maturnuwun, Pak Guru!" 
"Ya!" . 
Hehehe ... 
Semoga bermanfaat 
Maturnuwun sedang sedikit usil. 
Nuwun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar