Minggu, 13 Desember 2020

SENYUM DI JEMARIMU

Cerita Remaja
SENYUM DI JEMARIMU
toto endargo

Bandung.
pagi yang berlangit biru menghiasi wajah kota Bandung
sejuk dan damai
gedung Museum Geologi berdiri anggun
dengan wajah tegar menyambutku ramah
aku berdoa dalam hati
"Semoga di gedung ini aku mempunyai kenangan yang indah!"
Pirus Ari Kinanti gadis manis tetangga kelasku
aku terpesona olehnya
"Pirus pagi ini aku menikmati kembali senyum manismu"
kata hatiku perlahan ketika aku menatapmu di halaman Museum Geologi,
ah, ruang dadaku terasa menjadi lapang
hari ini, sampai saat ini telah tiga kali aku mendapat senyummu
..
senyum pertama
ketika kau turun di anak tangga kamar tempat bermalam,
menjelang makan pagi di wisma sehat,
kau berdiri lima detik menatapku,
sekilas
kebetulan saat itu aku juga sedang menatapmu
kilat matamu menyambar dadaku
aku terkejut sekaligus terpesona
dan senyummu membuat aku lupa bernafas sekitar tujuh detik
..
senyum kedua
saat kau dan aku sama-sama akan naik bus wisata
kita dari wisma sehat berangkat ke museum geologi
kau pakai celana panjang, jean
membuat kau semakin tampak tinggi,
terlihat lenjang kakimu
semakin tampak bahwa kau sedang beranjak dewasa
kaos yang kau kenakan berwarna gading lembut
ada tulisan dan gambar kartun kecil
warna merah muda di bagian dada
rasanya sangat serasi
lengan kaosmu begitu pendek
sehingga lenganmu kelihatan utuh
dandanan remaja masa kini
dirimu semakin tampak lembut dan manis
ketika kau berjalan tanganmu melenggang
mungkin itulah yang dalam bahasa Jawa
disebut lenggang tangan "blarak sempal"
di antara teman-temanmu kau tampak sangat istimewa
.
aku memperhatikanmu
kau berjalan di depanku
kau satu meter di samping kananku
aku tersenyum perlahan
dan kau membalas dengan senyum perlahan pula
dan engkau kemudian menundukkan muka
membuat lentik bulu matamu tampak mencuat
itulah senyum kedua di hari yang indah
"Aku akan selalu mengenang senyummu, Pirus!" 
janjiku dalam hati
..
senyum ketiga justru kau berikan di halaman gedung Museum Geologi ini
aku tak sangka bahwa kau sedang ber-pose untuk pengambilan foto
aku lewat di arena itu
tak sengaja aku melihatmu
maka otomatis tatapan mataku terpaku padamu
kau sedang berdiri santai membelakangi gedung
ada pohon cemara udang di sisi kananmu
tangan kananmu memegang sedikit daun cemara
gaya foto yang sering kulihat di majalah-majalah wanita
sahabat karibmu, Silvarani, sedang mengarahkan sebuah kamera kepadamu
kau tersenyum
aku tertegun
aku mengangguk dan menundukkan kepala
ah,
rasanya aku ingin jadi pohon cemara 
agar aku dapat berfoto di sisimu
itulah senyum ketiga di pagi ini
.
tiga senyummu membuat aku harus introspeksi diri
melihat perjalanan perasaan dan perhatian hati, 
ada lintasan kata dalam bahasa jawa
"mulat salira hangrasa wani - lihat diri sendiri, harus berani"
itulah salah satu kata bijak penyemangat diri
maka tekad dalam hatiku, 
hari ini atau pagi ini
keberanianku harus tumbuh 
harus membakar dadaku
demi gadis lembut Pirus Ari Kinanti
aku harus mulai mengenalmu secara lebih dekat
aku harus menyapamu
aku laki-laki
akulah yang seharusnya punya inisiatif 
untuk menyapamu lebih dahulu
inilah kesempatan bagiku
inilah kesempatan untuk tahap pendekatan
.
kau sedang hanya berdua dengan Silvarani, sahabatmu itu
kudekati kau dengan hati berdebar menyentak dada
ku sapa engkau
"Selamat pagi, Pirus!" kataku
kamu menganggukkan kepalamu 
menyibakkan rambutmu
tersenyum
meredupkan matamu
tak ada sepatah katapun dari bibirmu
tapi wajah dan matamu bercerita banyak tentang perasaanmu
dan hanya kata-kata itu yang mampu keluar dari diriku
tenggorokanku rasanya tercekat
pikiranku pepat
padahal hatiku ingin sekali berbicara banyak denganmu
"Pirus, Pirus, ternyata wibawamu membuat nyaliku terpuruk!"
.
eh, ternyata Silvarani menolongku, sengaja atau tidak
"Ar, kamu bisa motret kan? Tolong aku dan Pirus diambil yang bagus" kata Silva
aku mengangguk
kesempatan yang sangat langka bagiku
perlambang bahwa Bandung akan menjadi kota kenangan
kuterima sebuah kamera dari tangan Silva
Pirus digandeng oleh Silva ke persis di tengah halaman gedung Museum Geologi
"Dengar! Aku ingin kau mengambil gambarku berdua Pirus, dengan latar belakang tampak muka gedung ini! Tulisan itu harus terbaca dalam foto!" celoteh Silva sambil menunjuk tulisan Museum Geologi di dahi gedung.
"Oke!" jawabku patuh
.
ada rasa beku yang mencair
ada keberanian yang semakin tumbuh
kini di depanku, Pirus dan Silva berangkulan menghadapku
"Maaf, Silva, kakimu terlampau lebar!" kataku membetulkan pose kaki Silva yang terlalu lebar. Soalnya kalau kakinya terlalu lebar hasil posenya kurang bagus kesannya ngedhangkrang, anak putri kan biasanya harus punya kesan feminim
Pirus rupanya menyesuaikan saranku pada Silva
iapun merapatkan kakinya.
Sip!
pose yang menurutku sangat bagus
kedua kepala sama-sama miring dan bersentuhan
rambut Pirus sebagian terurai ke pundaknya, lalu jatuh ke depan
sebagian dahinya tertutup helai rambut, diusapnya
"Awas, satu, dua, tiga!" kupencet tombol kamera dengan mantap
ada rasa bahagia menyusupi dadaku
aku telah bersahabat dengan Pirus
alhamdulillah
.
ah, ada sorakan temen-temen di belakangku
"Aku harus tabah! Mereka mengejekku!" suara hatiku
beberapa di antara mereka memang tahu
bahwa aku tertarik dan sedang berjuang mendekati Pirus
"Terima kasih, Ar!" kata Pirus pelan sekali, 
hampir tak kedengaran
aku mengangguk 
dan segera menyerahkan kamera kepada Silva 
Silva hanya menatapku, 
kamera dibiarkannya tetap di tanganku
"Oh, kau kira sudah selesai? Belum, Ar!" katanya
"Ayo ambil lagi!"
Silva beranjak ke arah pohon palem botol dan rimbunan bunga Adelia, tertawa
"Ambil dari sana! Aku sendirian! Kau harus mengatur poseku! Latar belakangnya rimbun pohon Adelia dan pohon palem ini!" pinta Silva sambil tangannya menunjuk-nunjuk sesuai dengan kata-katanya.
Silva sudah berdiri tegap di depan Adelia dan Palem.
kemudian Silva berkacak pinggang, wajahnya dimiringkan, 
tertawa sambil menunjuk langit.
"Edan benar perempuan ini!" aku geleng-geleng kepala, 
"Remaja bodong!" batinku
Aku pun sekedar mengatur posenya.
"Cekrek!" bunyi kamera.
selesai!
.
dan gantian
Pirus dengan agak malu mau juga aku foto sendirian
aku mengatur posisinya dengan duduk di anak tangga serambi
latar belakangnya adalah serambi Museum Geologi
Pirus tak lagi hanya tersenyum
Pirus sudah mau menyapa dengan suaranya yang lirih
aku bisa dekat-dekat dengannya
aku bisa melihat cuping telinganya yang lembut
lengkap dengan kilatan cahaya dari antingnya
ada setitik tahi lalat kecil di depan telinga kiri
ada setitik jerawat kecil di dagunya
semua seakan membuat aku semakin terpuruk
Bandung rasanya menjadi kota yang sangat indah
Bandung menjadi kota yang sangat berkesan bagiku
.
Saatnya rombongan SMP Negeri 2 Purbalingga memasuki gedung
"Selamat pagi museum geologi!" sapaku pada gedung megah ini di dalam hati
sebuah ruang yang luas ku masuki
di bagian kanan tampak fosil binatang purba
di bagian kiri tampak ruang pamer batu-batuan
dan di depanku agak kiri ada anak tangga menuju lantai dua
.
rombongan kami diarahkan ke ruang cinema
semacam bioskop kecil untuk pemutaran film
memasuki ruang dan duduk di deretan bangku pertunjukan
berderet; Silva, Pirus dan aku
.
sungguh jengah dilihat teman-teman
tapi ini kesempatan sangat langka bagiku
aku tidak boleh melewatkannya, apapun resikonya
paling-paling diejek oleh teman-teman
"Ah, biarkan saja!" mbudheg, menulikan telinga.
.
film tentang hal-ihwal terjadinya gunung dan batuan,
dan kemanfaatannya bagi kehidupan manusia
aku menontonnya dengan pikiran terbelah
antara rasa romantis ingin ngobrol dengan Pirus
tapi ingin juga menyerap segala informasi dari filmnya
.
namun, Masya Allah, setelah tujuh menit film diputar
ada rasa ngantuk menyerang hebat
ternyata ruang cinema ini ber-AC
membuat tubuh yang semalam kurang tidur menjadi sangat nyaman
perlahan rasa kantuk menyergapku,
hal yang sangat menyiksaku
dan sepuluh menit kemudian konsentrasiku punah
ada rasa kantuk yang parah
Pirus pun mungkin diserang kantuk juga
Silva tak terdengar suaranya
.
antara ada dan tiada
kudengar dan kulihat film pengetahuan ini
dan pada keadaan ini, yang ku usahakan hanya satu
yaitu jangan sampai aku tertidur pulas di ruangan cinema
apalagi kalau bermimpi dan dibangunkan oleh teman-teman
film pengetahuan tentang gunung berapi pun usai sudah
.
berendengan kami menuju ruang pamer
ada fosil binatang besar yang sangat menarik
Pirus dan Silva minta difoto di depannya
namun sekitar tujuh menit kemudian Silva menghilang
entah kemana
aku terpaksa dengan berdebar dan senang hati menemani Pirus
Pirus celingukan mencari Silva
tidak ketemu,
tak tahu lah, kenapa Pirus tak juga cari teman sesama wanita yang lain
ia menundukkan kepala, ah
"Ar, aku ingin mencari data tentang pengeboran minyak bumi, kamu tahu?" tanya Pirus dengan suara lembut
"Enggak!" jawabku, "Aku baru pertama kali ini, ke gedung ini!"
"Kalau begitu kita harus mencarinya!" katanya pelan sambil tersenyum
"Mungkin di tingkat dua, Pirus!" saranku
Pirus mengangguk
..
Gedung Museum Geologi ini penuh dengan pengunjung, 
mayoritas para pelajar
tidak hanya dari satu rombongan sekolah
tapi ada sekitar empat rombongan sekolah
secara bersamaan memasuki museum ini
ada juga yang dari sekolah dasar
arus pelajar hilir mudik di sekitar kami berdua
senang berdesakan di antara mereka
meriah!
dan yang penting lagi aku bersama Pirus
.
aku dan Pirus beranjak ke tingkat dua
di anak tangga ke tingkat dua itupun berjubel pengunjung
ada yang naik dan ada yang turun
aku dan Pirus berjalan bersebelahan
menginjak ambal pertama, kedua, ...ketiga!
baru di ambal ketiga
ada rombongan dari atas, turun, cukup banyak
terpaksa aku berhenti
Pirus juga berhenti 
menghindari desakan rombongan tersebut
Pirus merapat ke aku
debar dadaku semakin memburu
eh, yang dari atas belum lewat
ada rombongan sekolah lain dari bawah akan naik
berjubel!
aku harus melindungi Pirus
Pirus persis berdiri di sisiku
rambutnya menyentuh ujung hidungku
seketika ada aliran darah yang indah menyusuri nadiku
"Diam, jangan terus!" kataku dekat telinganya
menahannya untuk tidak beranjak dulu
"Biar rombongan ini berlalu!" saranku kemudian
Pirus menggigit bibirnya, ada keringat muncul di dahinya,
pipinya seperti memucat, matanya meredup
Wah, kasian benar! Gadis lembut ini berada di jubelan pengunjung 
tak ada kata yang terucap
seiring dengan berjubelnya lalu lintas di anak tangga ini
tubuh Pirus semakin merapat ke tubuhku
"Awas, kaki. Mbok keinjak orang!" kataku pelan.
Pirus mengangguk, sedikit memiringkan kepala,
lalu menatap mataku dan tersenyum manis sekali.
debar dadaku semakin memburu,
ada rasa asing yang baru kali ini kurasakan
rasa indah yang seperti tertelan dan merasuki seluruh kalbuku
"Pirus, kaulah sang pemberi rasa bahagia ini!"
kata batinku sambil kupejamkan mataku.
.
Begitu jalan di anak tangga ini agak lega,
tidak tahu, entah ide dari mana, entah keberanian dari mana,
ku pegang ujung jari tangannya perlahan.
aku takut dia marah
tapi kembali Pirus menatapku pelan dan tersenyum
aku tersenyum juga
ujung jemarinya rasanya lunak dan halus sekali
"Maaf!" kataku sopan, 
"Semoga kau tidak marah kugandeng jemari tanganmu!"
"Boleh!" jawab Pirus lirih sambil menganggukkan kepala
aku menunduk, ada rasa syukur bergejolak di kalbu
tak ingin ku lepas jemari tangannya 
ingin tetap dan selalu dalam peganganku 
.
dan mulai ambal ke-4 aku menggandengnya
untuk beranjak naik menapaki anak tangga ke lantai dua
duh, 
sampai ambal ke-8 terpaksa jemarinya segera kulepas
kulihat rombongan teman-temanku justru turun kembali ke lantai satu
rupanya mereka sudah usai menyimak isi museum di lantai dua
kembali aku dan Pirus memberi jalan
dan rasa jengah diejek teman sudah semakin menipis
rombongan teman berlalu dengan tatap terpana,
dan ketika kutengok dan kutatap wajah Pirus,
ku sentuh lagi ujung jemarinya
dan dengan tetap menunduk, 
Pirus tersenyum manis sekali
"Pirus Ari Kinanti, di pintumu aku mengetuk!"
kata dan tekad dalam hatiku
dan kutekan lembut jemarinya
Pirus kembali tersenyum
indah
.
Bandung!
kini Bandung tinggal kenangan
pernah ada senyum di jemarimu
senyum yang manis sekali
terima kasih, Pirus.
terima kasih Bandung
===

Purbalingga 19 Februari 2004 


*) 
Tradisi SMP Negeri 2 Purbalingga tiap tahun,
adalah wisata atau istilahnya studytour, 
berkunjung ke suatu tempat untuk menambah wawasan
tahun ini ber-studytour ke kota Bandung
alhamdulillah, saya berkesempatan ikut.
kenangan ketika aku bersamamu
===


Tidak ada komentar:

Posting Komentar