Rabu, 11 November 2020

TERIMA KASIH, ARYA

Cerita Remaja
TERIMA KASIH, ARYA 
toto endargo

Bulan Januari.
Di bulan Januari ini aku sangat berharap, segera hadirnya bulan Februari.
Dengan penuh harap.
Harapanku, semoga di hari valentine aku mendapatkan sesuatu yang istimewa.
Istimewa! 
.
Ya, sesuatu yang istimewa.
Khusus, spesial untukku!
Hanya untukku!
.
Tapi tak tahulah, soalnya yang istimewa itu belum tentu memuaskan hatiku.
Yang istimewa itu, yang bagaimana sih?
Nilai yang bagus?
Dibelikan baju baru?
Ikut kegiatan yang menarik?
Ikut lomba dan memenangkannya?
Ah, tak tahulah!
.
Tapi jikalau boleh memilih, yang istimewa adalah dapat cowok cakep!
Yang istimewa adalah saat aku jatuh hati kepada seorang cowok yang istimewa!
.
Jujur!
Sungguh spesial dan mengasyikkan, sudah sekitar 32 hari ini, buku harianku kuisi dengan puisi-puisi kecil tentang seorang cowok.
Aku sekarang kelas 2 SMP, tepatnya kelas 2F, SMP Negeri 2 Purbalingga. 
Dengan usiaku segini, empat belas tahun, aku jatuh simpati, suka pada seorang cowok kan wajar. 
Hi, hi... ! 
Ini salah satu puisi catatanku;

Selasa 4 Januari 2005
sekelebat engkau lewat di depanku
seperti hari-hari kemarin dadaku berdebar
ada sesuatu yang menyentuhku
tak berwujud tapi nyata akibatnya
dan ada rindu memburuku
menerkam dan menggelisahkan ku
adakah sesuatu di hatimu untukku
ku sebut namamu lirih dan perlahan


Dan aku menyebut namanya setiap kali aku menulis puisi tentangnya,
... Arya! 
.
Arya kelas 3B.
Anaknya pendiam, cakep, matanya berkilat, kadang ku lihat kecerdasan di sinar matanya, tajam dan mempesona, tapi dia bisa juga menyenangkan saat diajak bicara.
===
Februari Awal
Perpustakaan sering kali menjadi tempat transaksi rasa, untuk saling bertukar pandang. 
Untuk saling bertukar gosip. 
Rasanya siapapun pernah memanfaatkan perpustakaan sebagai ajang tukar perhatian.
.  
Di jam istirahat kedua, aku ke perpustakaan.
Alhamdulillah, aku bertemu Arya di perpustakaan itu.
Dia sedang membaca sebuah buku, buku pengetahuan yang tebal. 
Aku sendiri sedang melihat-lihat buku, buku pelajaran, buku yang masih baru. 
Aku ditemani Lili teman sebangkuku, ia adalah teman yang paling suka meledekku dengan Arya.
"Assalamu'alaikum, Arya!" aku menyapa cowok cakep ini, duluan. 
Aku pasti Arya akan menjawabnya.
"Wa'alaikumsalam, Tina!" jawabnya sambil menoleh padaku. 
Lili mencubit lirih pinggangku.
"Baca apa Ar?" tanyaku, mendekat. 
Berdiri di depan lemari buku. 
.
Lili menjauh, alhamdulillah, teman yang sangat pengertian. 
Lili menyingkir, pura-pura cari buku di balik rak. 
Tapi aku pasti, dia ikut nguping. 
Aku masih bisa melihat wajahnya di balik tatanan buku
.
"Ini tentang hati. Di Indonesia, organ hati kan dimasak dan dimakan. Padahal, katanya, di Eropa hati dibuang!" jawab Arya. 
Ternyata dia sedang penasaran dengan urusan organ hati.
"Oh, kenapa dibuang?" tanyaku. 
Lili memutar bola matanya ke padaku.
"Sebab salah satu fungsi hati adalah menyaring racun, sehingga hati dianggap tak layak untuk dimakan! Dianggap beracun!" jawabannya, mungkin dari hasilnya barusan baca.
"Tertarik dengan hati. Apa karena baru makan masakan hati?" tebakanku.
"Iya, kemarin waktu Idul Qurban" jawab Arya
Kulirik, bibir Lili dimaju-mundurkan, umed-umed.
"Tapi kenapa di Eropa, hati juga dijadikan sebagai lambang kasih sayang,ya?" tanyaku usil.
"Sebab kasih sayang muncul dari hati!" jawabnya tegas. 
Aku heran, cepat amat dia membuat opini, logis juga alasannya.
"Bukan dari mata turun ke hati?" kataku. 
Ingat syair sebuah lagu. 
Leher Lili dipanjangkan.
"Itu juga bisa!" jawab Arya sambil tersenyum.
Aku menunduk. 
Arya menatapku lembut.
.
Sejenak kami terdiam. 
Aku sibuk mencari topik apa lagi, atau pertanyaan apa lagi harus kusampaikan agar komunikasi ini lancar. 
Sebentar lagi pasti bell, tanda masuk pasti berbunyi.
Oh, komunikasi macet, saya agak panik.
.
"Valentine tahun ini, Tina, ada rencana apa?" sebuah pertanyaan ajaib, di luar dugaanku.
"Nggak tahu!" jawabku sambil menggelengkan kepala. 
Ada desir mengalir lembut di dadaku. 
Sari-sari bunga mawar seakan memenuhi lubang hidungku, bikin segar seluruh sarafku. 
Aku menarik nafas panjang. 
Lili membelalakkan matanya dan mulutnya segera di runcingkan.
Arya menatapku tajam. 
Kemudian ia mengambil nafas panjang juga, matanya meredup dan berkeredap. 
Aku menunduk, kupermainkan jari jemariku.
.
"Maaf, boleh aku bertanya, Tina," katanya dengan nada sopan, "Hanya dua pertanyaan!" .
"Boleh!" jawabku dengan rasa setulus-tulusnya. 
Lili memiringkan kepalanya.
"Punyakah, Tina, buku harian?" tanyanya. 
Sepertinya Lili keceplosan, ada punyi "hah" dari mulutnya. 
Aku harus segera menjawabnya. 
Kesempatan kadang hanya datang sekali seumur hidup. 
Inilah saatnya bicara tentang rasa hati kepada Arya.
"Punya!" jawabku. 
Lili, mengepalkan tinjunya, memiringkan kepalanya, menyimak.
"Adakah namaku pernah tertulis di buku itu?" 
Lili melotot sambil geleng-geleng kepala.
"Pernah!" jawabku lirih. 
Aku sebenarnya ingin menjawab, "Ada dan banyak sekali!" 
Tentu saja aku tak sesembrono itu. 
Lili, polah, dua buah buku sengaja dijatuhkannya. 
Aku menghela nafas. 
Arya mengangguk-anggukan kepala. 
Dia terdiam.
.
Thett.. thett .... 
Bunyi bell sekolah mengejutkan kami. 
Masa istirahat kedua selesai.
Arya masuk ke kelasnya dan aku dengan hati melayang, bersama Lili masuk ke kelas juga.
=== 
Bulan Februari tanggal 14 pun datang
Ada kehampaan di hatiku. 
Rasanya tiada yang istimewa di hari valentine tahun ini. 
Semua lewat, seperti seharusnya perjalanan matahari. 
Arya tidak kutemukan di perpustakaan. 
Mungkin sedang mengerjakan sesuatu di kelasnya. 
Semua jadi membosankan.
Satu hari yang menyebalkan. 
Pelajaran matematika lewat tanpa ada yang nyantel. 
Sejarah entah apa yang dibicarakan guruku. 
Pendidikan Agamadi jam terakhir, juga lewat. 
.
Bel usai pelajaran berbunyi. 
Usai sudah kegiatan formal di sekolah ini. 
Para siswa sekolah bubar. 
Aku malas pulang. 
.
Aku duduk di bangku kelas 1F. 
Menatap lalu lalang para siswa yang mau pulang. 
Lili entah melesat kemana!
Kutatap langit yang redup.
Pohon glodhokan tinggi menjulang, 
Asesoris lapangan upacara di sekolah ini.
Gagah, tegar dan anggun.
Awan putih memenuhi langit.
.
"Maaf, Tina, ada surat dari Arya!" 
Dita, teman sekelas Arya, mengagetkanku.
Dita menyodorkan amplop.
Aku berterima kasih.
Dita berlalu.
Dadaku berdebar keras.
Kubuka perlahan surat Arya.
Kertas berwarna pink, lembut.
Wangi.
Di atas gambar hati merah sebagai watermark
Tulisan, dengan tulisan tangan,
Hanya tiga baris kalimat, pendek-pendek

Selamat Vanteline, Tina!
Salam Valentine,
Arya

"Alhamdulillah!" ucapku bersyukur.
Kudekapkan surat Arya ke dadaku.
Aku yakin, Tuhan selalu peduli padaku.
Arya terima kasih!
"Ih, kamu baik, Arya!" ucapku lirih.
Ada sesuatu yang basah di sudut mataku.
Hari ini sungguh istimewa bagiku.
Lili, hadir memelukku, erat sekali.
"Selamat, Tina! Aku tahu ucapan itu"
Ucapnya!
Lili mengusap pelupuk mataku.
Air meleleh semakin deras.
"Terima kasih, Lili!" ucapku.
.
dan di antara lalu lalang siswa pulang sekolah,
ku lihat Arya menuntun sepeda.
ia memandangku dari jauh.
menutup mulutnya,
lalu melambaikan tangannya.

aku terkesiap,
segera berdiri, 
ingin lari menghampirinya

Arya berlalu, bersama teman-temannya
ah, Arya, esok aku jadi milikmu
indahnya hari-hariku
===


Purbalingga, 14 Februari 2005

*) dari Majalah Dinding Melati,
     SMP Negeri 2 Purbalingga


Tidak ada komentar:

Posting Komentar