Sabtu, 19 Desember 2020

AKU TERJEBAK

Cerita Remaja
AKU TERJEBAK
toto endargo

Sebel!
Dunia remaja adalah dunia yang unik. 
Petualangan awal dari perasaan mereka dalam hubungan batin antara pria dan wanita. Rasa sayang tidak hanya membuat hati bahagia tapi kadang menghadirkan pula rasa resah, sedih, cemburu, marah, bahkan sampai rasa putus asa. Cemburu adalah masalah utama bagi ramaja.
.
Melihat jabat erat Krisna terhadap Ratna, rasa cemburu menyergap perasaan Nissa. Itulah awal mula diamnya Nissa terhadap Krisna.
“Uh, erat benar genggamanmu ke tangan Ratna!” sewot suara Nissa, setelah Ratna berlalu.
“Tidaklah! Nissa, tolong jangan menuduhku seperti itu!” pinta Krisna segera.
Dan enam menit kemudian kata itu diulangi.
“Erat benar genggamanmu ke tangan Ratna!” kata Nissa menyindir Krisna untuk yang ke tiga kalinya.
“Nissa, tolong hentikan tuduhanmu itu!” pinta Krisna kemudian, menghiba.
“Terserah aku!” jawab Nissa sambil berlalu. Krisna tertegun.
.
Rungseb!
Dua hati telah berikrar terpadu. Kini dua remaja ini berbagi peran, yang satu harus menghiba, memohon, yang satu jual mahal. Krisna dengan wajah memelas, Nissa dengan muka masam dan cuek.
Masalahnya sebenarnya sederhana. 
Krisna berserobok dengan Ratna di depan kelas 3C, di hari terakhir menempuh EBTANAS. Krisna dan Ratna lalu saling menyapa. Ketika Ratna mengatakan bahwa NEM Krisna pasti bagus maka Krisna membalas dengan doa.
“Ratna, saya doakan kamu dapat nilai yang bagus juga, ya! Semoga NEM kamu baik!” doa Krisna di depan Ratna.
“Aamiin!” jawab Ratna dengan wajah semringah.
Lalu Krisna menjabat tangan Ratna. Ratna menerima jabatan Krisna dengan erat dan mengguncang-gungcangkan tangannya, otomatis tangan Krisna ikut terguncang. Sebuah gambaran keakraban dari keduanya.
“Doamu! Terima kasih, Krisna!” ucap Ratna. Krisna mengangguk.
Hemm, ternyata Krisna dan Ratna tidak sadar bahwa tingkah mereka dilihat oleh Nissa dan para sahabatnya. 
Bagi Nissa adalah pamali, hal yang dilarang, tabu, Krisna tidak boleh berbincang-ria dengan Ratna. Pertama, Nissa tahu bahwa Ratna jatuh hati kepada Krisna. Kedua Ratna memang manis. Ketiga, kejadian itu ada di depan mata Nissa. Keempat, Nissa tidak rela Krisna bersentuh raga dengan Ratna.
Rasa cemburu dan marahnya Nissa melebihi tingginya Gunung Slamet. Dan ternyata, rasa cemburu dapat mengubah perilaku, yang wajar menjadi tidak wajar. Bahkan doa pun bisa menjadi masalah serius bagi mereka. Padahal doa dan jabat erat semacam itu setiap kali dilakukan Krisna dengan teman-temannya, tapi Nissa tidak marah. Hanya kepada Ratnalah, Nissa perlu marah, perlu cemburu.
Dinamika remaja. Begitulah yang sedang dialami oleh Nissa dan Krisna. Dua remaja yang merasa saling tertarik. Keduanya di kelas tiga SMP Negeri 2 Purbalingga. 
Dan kini di minggu-minggu akhir setelah menempuh EBTANAS. Ada bayangan perpisahan di depan mereka. Bahkan hasil kelulusan dapat menjadi bahan untuk tidak lagi bisa bersama di sebuah sekolah lanjutan. Beda NEM, beda minat, pasti menjadi pendukung untuk tidak lagi satu sekolah.
.
Pasca EBTANAS, ada kewajiban bagi setiap siswa untuk mengembalikan pinjaman buku perpustakaan. Semua buku pinjaman harus dikembalikan. Ada data yang yang rapi di perpustakaan. Siapa yang tidak mengembalikan buku akan terlacak dan diberi sanksi, baik sekedar perhatian maupun semacam denda sebagai pengganti buku yang tidak terkembalikan.
Krisna dan Nissa sudah delapan hari tidak saling menyapa. Begitu rentannya hati remaja. Nissa merasa sedih. Dia seperti orang yang sakit, pucat dan malas untuk beranjak ke sekolah, apalagi bertemu dengan Krisna. Sakit cemburu! Sakit hati!.
.
Perpustakaan SMP Negeri 2 Purbalingga
Hari ini adalah hari ketiga untuk pengembalian buku-buku perpustakaan. Jadwal kelasnya Ratna di hari pertama, dan rombongan kelasnya Nissa dan Krisna di hari ketiga.
Suasana perpustakaan cukup sibuk sejak pagi. Anak berdesakan dalam antrian. Kepenginnya cepat selesai. Tapi jika ada kekurangan buku yang dikembalikan, maka menjadi penghambat kelancaran antrian.
Semalam Nissa sudah mengumpulkan seluruh buku pinjamanmya. Nissa tak mau mendapatkan sanksi, apalagi denda. Diikatnya erat-erat paket buku itu. 
Kedatangan Nissa di sekolah disambut ramah oleh Laras, Rasti, Kanti dan Lia. Baik amat para sahabatnya. Dan rupanya mereka sudah selesai mengembalikan buku-bukunya. Laras langsung mengambil alih tentengan buku paket yang dibawa Nissa.
“Nissa wajahmu pucat! Kamu sakit ya?” tanya Laras dengan wajah tampak khawatir.
“Enggak, hanya malas!” jawab Nissa.
“Nissa, kamu di sini saja. Biar aku yang mewakili mengembalikan!” pinta dan saran Laras.
“Serius?” tanya Nissa
“Bener! Kamu sementara di temani Kanti dan Lia, ngobrol di kelas juga nggak papa!” kata Laras, “Aku sama Rasti yang ke perpustakaan!” lanjutnya.
Nissa mengangguk adalah suatu hal yang menyenangkan, dibantu mengembalikan. Biarlah Laras dan Rasti yang mewakili dirinya. Dia menjadi tidak bertemu Krisna dan tidak perlu berdesak-desakan. 
Berdesakan akan membuat dirinya kelelahan. Bertemu Krisna hal yang masih tabu. Biarlah Laras yang ditemani oleh Rasti mengikuti antrian untuk mengembalikan paket bukunya.
.
Selama di sekolahan dia belum juga melihat Krisna. Nissa kini duduk di sebelah selatan ruang guru ditemani Kanti dan Lia. Dari tempat duduknya, di selatan ruang guru itu, terlihat banyak anak berjubel di ruang perpustakaan.
.
Beres!
Lima menit kemudian, tampak Laras dan Rasti menjelangnya. Wajah Nissa berseri-seri. Bukunya pasti sudah beres.
“Sudah Laras! Makasih ya!” sambut Nissa, Senyum tulus untuk Laras dan Rasti.
“Kok cepat amat?” kata Nissa lagi. Tapi kemudian, Nissa agak curiga melihat senyum Laras.
“Belum anak manis! Kutitipkan pada Krisna! Makasihnya buat Krisna saja, nanti!” jawab Laras dengan tenang.
Byuh! 
Muka Nissa memerah, debar jantungnya memukul dada. Nissa merajuk dengan cara merengut, sebentar kemudian nampak pucat. Nissa kini harus mengatasi gejolak perasaannya, digigitnya bibirnya.
“Ya, ampun, Laras! Kamu jahat!” serunya perlahan. Laras tetap tersenyum, kalem. Nissa terduduk lemas. 
“Aku terjebak!” pikirnya. Nissa harus mengambil sikap.
.
Dua belas menit kemudian Krisna keluar dari perpustakaan. Dadanya berdebar. Selesailah sudah tugas yang diberikan Laras padanya. Menyetorkan kembali buku paket milik Nissa. 
Krisna tidak tahu bahwa sebenarnya Nissa hadir dan ada di selatan ruang guru. "Kasihan Nissa!" kata Laras hari ini Nissa sedang sakit. 
.
Krisna segera mencari sosok Laras.
Deg! 
Krisna tertegun dari pintu perpustakaan tampak Laras bersama Nissa, Rasti, Kanti dan Lia. Segera diatur perasaannya untuk mendekati Nissa. Perlahan langkahnya melewati lapangan atas. 
Tampaklah tatapan Nissa kepada Krisna. Pandangan mereka bertemu. Nissa menunduk mukanya pucat. Krisna dengan ragu-ragu pun melangkah mendekatinya. Menyaksikan hal tersebut Laras tersenyum. Krisna melirik dan tersenyum pada Laras. 
Nissa tetap menunduk.
“Nissa!” panggil Krisna pelan. Nissa diam, bibirnya terkunci. Tapi kemudian matanya menatap Krisna. Krisna ingat kata Laras, tadi, bahwa Nissa sakit dan tidak berangkat.
“Nissa, kok kamu berangkat!” tanya Krisna perlahan, “Kata Laras kamu sedang sakit!” lanjutnya. Perlahan Nissa mencubit pinggang Laras.
“Bukumu sudah aku kembalikan tapi kurang satu, buku PMP!” kalimat Krisna dengan sopan. Nissa tersentak, menurut ingatannya tadi ia membawa buku PMP. Malah ia taruh dan ikat di paling atas.
“Masa, tadi ada kok!” kata-katanya meluncur begitu pada Krisna, tanpa sadar.
“Belum!” kata Krisna, menjawab dengan serius.
Tiba-tiba Rasti tertawa, “Ini kan buku PMP mu, Nissa!” kata Rasti
Nissa memelototi Rasti. Krisna tersenyum. Nissa tertegun. 
Keduanya kini sadar. Tahulah sekarang, bahwa peristiwa ini adalah jebakan buat Nissa dan Krisna. Mereka menginginkan Krisna dan Nissa bersapa kembali. Nissa dan Krisna terjebak.
“Nissa, mana makasihmu buat Krisna!” celetuk Laras menggoda Nissa. Nissa merengut manja dan menarik nafas panjang.
“Makasih Krisna!” kata Nissa sambil meliriknya, Krisna mengangguk. Damailah hati Krisna. Beberapa saat kecanggungan mereka masih tampak namun lama-lama hilang juga. Berlima menuju ke perpustakaan melengkapi kekurangan paket buku Nissa.
.
Suasana perpustakaan semakin lengang dan semakin memberi kesempatan pada mereka untuk bercakap leluasa. Laras, Rasti, Kanti dan Lia tahu diri, mereka menyibukan diri melihat-lihat buku di ruangan dan melihat-lihat album foto. Sementara dua petugas perpustakaan, Pak Toto sibuk membereskan administrasi data peminjam dan Mas Iko, membereskan tumpukan buku yang bertumpuk-tumpuk.
“Nissa!” panggil Krisna sambil memperhatikan rambut panjangnya. 
“Hemm!” jawab Nissa tanpa menoleh, hanya matanya yang berkerejap dan dikedipkan.
“Hampir saja aku putus kesabaranku. Ingin marah!”
“Marah pada siapa?” pertanyaan Nissa santai
“Marah kepadamu!” kata Krisna dengan nada datar 
“Iya! Krisna bisa marah pada Nissa. Kenapa?” ucap Nissa menyelidik.
“Sebab rasanya Nissa tidak pernah mau memaafkan aku. Tak mau lagi ramah padaku” kata Krisna dengan penuh perasaan.
“Ya nggak papa, tapi sekarang kan Nissa baik sama Krisna, kan?” jawab dan pertanyaan Nissa. 
“Iya. Makasih Nissa!” kata Krisna lirih. Ada nada haru. Ada nada kebahagiaan di suara Krisna. Nissa sendiri menunduk, baginya ada rambatan indah yang menusuk kalbunya. 
Dua remaja yang saling berdiri di teras perpustakaan itu menikmati riangnya hari. Majalah dinding yang terpampang di sana menarik perhatian Krisna. Indahnya. jika kisahnya jadi bahan cerita.
“Ingin rasanya aku menulis sebuah puisi atau cerita pendek untukmu!” kata Krisna tiba-tiba. Nissa mengangguk dan menatapnya. 
“Ah apa kamu bisa, Krisna?” tanya Nissa dengan mata berbinar. Krisna terpana, langit jadi tampak indah. 
“Semoga aku bisa! Sebuah cerita tentang kita!” janji Krisna 
“Tentang kita?” pertanyaan Nissa dengan nada suka dan penuh harap.
“Ya, tentang kita! Krisna dan Nissa!” kata Krisna mantap. 
Mata Nissa berbinar-binar kembali. Sementara mata Krisna semakin redup. Ada pesona damai di hati mereka. Sejuk dan teduh wajah keduanya. 
Hari ini Nissa telah terjebak, tapi sungguh jebakan yang indah. Jebakan yang menyentuh kalbu. Ia tertunduk, ada rasa bahagia menyentuh hatinya, Kerongkongannya rasa tercekat. Ingin menangis!
“Krisna!” ucap Nissa pelan di dalam hati.
“Nissa!” ucap Krisna pelan di batinnya.
Ah!

===
Purbalingga, 7 Mei 2000
dari   : Ku
untuk: Mu


*) terima kasih untuk pencetus ide cerita ini
**) salam untuk Mas Mahendra Yudhi Krisna

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar