Selasa, 22 November 2016

STAMBUL DANGDUT

STAMBUL DANGDUT
Toto Endargo

Toto Endargo

He, he, ini jelas judul dan istilah “ngawur” dari seorang Toto Endargo. Hanya sekedar nulis dan semoga bermanfaat. Tulisan ini berawal dari ketika saya menyimak lagu Kembang Kacang dari penyanyi Waljinah. Ternyata ketika Waljinah menyanyi, sebelum sampai kepada pokok lagu Kembang Kacang ia mengawali dengan nyanyian yang disebut bawa, liriknya “Aja Turu Sore, Kaki!”
“Aja Turu Sore, Kaki!” lagunya mendayu-dayu, enak dinikmati. Dan liriknya juga luar biasa, mengandung falsafah supaya kita selalu waspada, prihatin, dan bersyukur dalam segala suasana. Dengan sikap tersebut insya Allah kita mendapatkan berkah karunia kebahagiaan, dihindarkan dari mara bahaya dan mendapat kecukupan sandang dan pangan.
Lengkapnya demikian:
Aja turu sore, Kaki!
Ana dewa langlang jagad;
nyangking bokor kencanane;
isine donga tetulak,
sandhang lawan pangan;
yaiku bagianipun,
wong melek, sabar, narima.

Terjemahan bebas:
Jangan tidur sore-sore, Saudara
Ada dewa yang melanglang jagat 
Sambil membawa bejana dari emas
Berisi doa-doa penolak mara-bahaya 
Juga berisi sandang-pangan
Dan akan dibagikan kepada:
Orang-orang yang terjaga, sabar dan narima
*) Narima = menerima dengan ikhlas dan mensyukuri apa saja yang diyakini telah diberikan oleh Yang Maha Kuasa.

Sekali lagi bahwa lirik dan lagu di atas diambil dari bawa lagu Kembang Kacang oleh Waljinah. “Bawa” adalah tembang pengantar sebelum sampai kepada lagu pokok. Jadi dalam lagu Kembang Kacang – Waljinah ini ada bawanya, ada pengantarnya. Pengantarnya adalah irama lagu Asmarandana, dengan lirik “Aja Turu Sore, Kaki!” Lirik yang diambil dari wejangan pujangga Jawa.
Di dunia keroncong ada istilah “stambul”. Stambul sedikit mirip dengan bawa. Ada beberapa lagu keroncong yang menggunakan judul stambul. Setiap lagu stambul, seperti diawali dengan menggunakan “bawa”. Diawali dengan beberapa kata yang dilagukan tanpa iringan musik lengkap lalu segera pula lirik lagu diiringi dengan alat musik lengkap sehingga menjadi lebih keren dan asyik dinikmati.
Misal Stambul Baju Biru, Stambul Dewi Murni, Stambul Terkenang-kenang, dll. Tentu saja untuk istilah dan masalah stambul ini ada aturannya, ada pedomannya, ada tokohnya dan ada cara-cara khusus yang bersifat keilmuan untuk menciptakan lagu berirama stambul ini. Pada lagu keroncong ada hal yang asyik lagi yaitu saat dalam lagu ada sejenak jeda, diam, greg... ....... nyanyi lagi! 
===
Stambul Dangdut
Selanjutnya jika kita amati pada lagu dangdut, pun ada lagu yang menggunakan semacam “bawa”. Saya menyebutnya sebagai Stambul Dangdut.
Lirik "bawa" cenderung sudah menggambarkan suasana atau tema syair lagu yang segera tersaji. Bagi penyanyi yang cakap bernyanyi, "bawa" ini cenderung digunakan untuk pamer kemampuan vokal dan kemampuan kemapanan cengkok irama lagu. 
Misal lagu:
1.     Stambul Terbayang-bayang – H. Ona Sutra,
2.     Stambul Laksamana Raja di Laut – Iyeth Bustami,
3.     Stambul Doa Suci – Elvy Sukaesih
4.     Stambul Kembalikan Dia – Asep Irama,
5.     Stambul Pacar Dunia Akhirat – Rita Sugiarto, 
6.     Stambul Pelaminan Kelabu – H. Mansyur S.
7.     Stambul Khana – H. Mansyur S.
8.     Stambul Hartati – Mansyur S.

Berikut saya sajikan “bawa” dari Stambul Dangdut. Dan rupanya, setahu saya, H. Rhoma Irama yang disebut sebagai raja dangdut juga sempat bikin lagu model stambul ini, sedang Yus Yunus, Muchsin Alatas, Meggi Z juga menyanyikan lagu model Stambul Dangdut.
Silakan jika ingin membacanya sambil melagukan dan belagu!
1.     Stambul Terbayang-bayang – H. Ona Sutra,
Nostalgia masa berpacaran 
Yang tak dapat terlupakan
Terbayang-bayang di mata
Tak luput dari pandangan 

2.     Stambul Laksamana Raja di Laut – Iyeth Bustami, 
Zapin, aku dendangkan
Lagu Melayu
Pelipur hati
Pelipur lara 

3.     Stambul Doa Suci – Elvy Sukaesih
Doaku padamu, 
Ooh... Tuhan....
Demi cinta nan suci....
Kembalikanlah segera aku kepadanya

4.     Stambul Kembalikan Dia – Asep Irama 
Tuhan…, 
Tolonglah, hambamu
Dari sengsara… sengsara… 
Karena cinta…

5.     Stambul Pacar Dunia Akhirat – Rita Sugiarto, 
Hari ini saya umumkan
Pada bulan, pada bintang
Dapatkah kumiliki 
Seorang kekasih dunia akhirat

6. Stambul Pelaminan Kelabu – Mansyur S.,
Kau bagaikan Rahwana
Mencuri Dewi Shinta
Dari tangan Sri Rama 

7. Stambul Khana – Mansyur S.,
Uh..., uh...., uh.....
Ouh ...... Khana...
Khana,  Khana ...
Engkaulah gadis India

8.  Stambul Hartati – Mansyur S.,
Syair dan laguku
Untukmu kasih
Yang lama kutinggalkan selama ini, 
Janganlah kau menyangka aku tak setia

·  Khusus untuk lagu Satmbul Khana dan Stambul Hartati dari H. Mansyur S. ini cukup unik sebab “bawa” yang dinyanyikannya menggunakan dua model.  Tiga baris pertama dinyanyikan penuh seperti “bawa” di lagu-lagu Jawa. Sedang baris ke empat dinyanyikan seperti stambul pada lagu keroncong, sampai pertengahan kalimat segera diiringi musik.

Demikian tulisan sederhana tentang Stambul Dangdut. Dan barangkali istilah umum yang tepat adalah "rall". Menyajikan "rall" perlu kehati-hatian yang khusus dalam pengambilan nada dan nafas. Karena dalam "rall" sering kali banyak liukan dan lika-liku nada yang berubah-ubah dari nada minor ke mayor, dari mayor ke minor maupun bisa juga harus melewati overtone. Jika terpeleset saat meliuk pendengar akan dapat mendengarnya dengan jelas. 
   Tentu saja tulisan ini sangat dangkal jika ditinjau dari segi keilmuan. Namun saya selalu berharap agar tulisan ini dapat dijadikan sebagai tinjauan awal dari tulisan berikutnya tentang dinamika dan keaneragaman seni musik di tanah air.
Hidup Stambul Dangdut!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar