Catatan dari Cirebon 3
BATU KARANG DAN MACAN
Toto Endargo
Batu karang ada yang berwarna putih, yang banyak berserakan di tepi
pantai. Asalnya dari dasar laut. Namanya hanya satu Batu Karang.
Lalu ada lagi batu karang yang ada di daratan berwarna kehitaman, disebut watu kodhok, atau watu bangkong. Bangkong atau katak puru adalah katak yang hidupnya di daratan. Bangkong suka bermukim di antara tumpukan batu karang hitam ini. Maka batu ini disebut "watu bangkong", batu tempat bangkong bermukim.
Watu bangkong ujudnya; padat, kasar, dapat melukai tangan, ada yang runcing, kuat, cenderung besar-besar, dan berlubang-lubang.
Banyak terdapat di daerah pegunungan. Umumnya untuk membuat “benteng”, pondasi di kebun-kebun
sebagai penahan tanah supaya tidak longsor. Jarang digunakan sebagai bahan
bangunan rumah.
Daerah dengan batu karang hitam semacam ini umumnya
baik untuk kebun nanas, istilahnya Nanas Batu, nanas yang tumbuh di daerah berbatu. Buahnya kecil-kecil tapi rasanya
manis. Cara makan nanas kecil seperti ini sangat mudah. Tak perlu dikupas,
belah menjadi empat atau delapan bagian. Gigit daging buahnya, sruput airnya.
Sedap!
Macan atau harimau adalah hewan buas, liar, pemakan daging,
kuat dan penguasa hutan. Namun macan juga sangat memikat, bulunya halus, cerah-mengkilap,
matanya tajam, saat lapar jalannya gontai seperti jalannya gadis yang matang.
Ternyata di Keraton Kasepuhan Cirebon Batu Karang dan
Macan memiliki makna khusus. Sehingga di beberapa tempat disengaja terdapat figur macan
dan tumpukan batu karang hitam, dalam bentuk patung dan lukisan menjadi spirit filosofis Keraton Cirebon.
Keraton
Kanoman.
Jika kita masuk melalui pintu gerbang utama, jalan
beraspal, terus lurus maka di ujung jalan, ada dinding putih, di depan dinding
terlihat Patung Macan Putih dan di sampingnya terdapat tumpukan batu karang hitam.
Relief
Ukiran Kayu
Sebuah lukisan di dinding musium Keraton Kanoman hasil
ukiran kayu, bentuk relief. Menggambarkan seekor macan yang berada di atas batu karang
dan dibawah sebuah pohon. Bentuk harimau ini sesungguhnya adalah sebuah
Kaligrafi, seni menulis dengan huruf Arab, bunyinya adalah kalimat sahadat.
Macan ini disebut sebagai ”Macan Ali atau Macan Luhur” dan dijadikan sebagai bendera kebesaran Kerajaan Cirebon.
Macan ini disebut sebagai ”Macan Ali atau Macan Luhur” dan dijadikan sebagai bendera kebesaran Kerajaan Cirebon.
Keraton
Kasepuhan
Di Keraton Kasepuhan macan dan batu Karang lebih diistimewakan
lagi. Dua Macan Putih yang sedang menerkam tumpukan batu karang justru berada
di pintu masuk keraton, sehingga menjadi semacam patung selamat datang bagi
pengunjung Keraton Kasepuhan. Pengunjung akan senang sekali mengambil foto di sekitar patung ini.
Di Jendela Keraton Kasepuhan
Bahwa pendapa Keraton Kasepuhan Cirebon, berlantai marmer yang bersih, dindingnya putih dihiasi keramik-keramik Tiongkok. Pilar-pilarnya dari semen berbentuk balok. Warna yang doninan adalah putih, warna hijau, emas dan sedikit merah. Ruang sangat terbuka. Di salah satu pilar terdapat sebuah meja kecil, bertaplak putih.
Pendapa Keraton kasepuhan memiliki dua buah jendela yang tanpa daun jendela. Di lubang jendela keduanya ada tumpukan batu karang. Di beberapa bagian kompleks keraton ini juga terdapat tumpukan batu karang.
Pendapa Keraton kasepuhan memiliki dua buah jendela yang tanpa daun jendela. Di lubang jendela keduanya ada tumpukan batu karang. Di beberapa bagian kompleks keraton ini juga terdapat tumpukan batu karang.
Di Musium
Keraton Kasepuhan
Ada sebuah hasil ukir, bentuk relief tembaga dengan
model mirip yang ada di Keraton Kanoman. Menggambarkan seekor harimau yang
berada di atas batu karang dan di bawah sebuah pohon. Bentuk harimau ini juga
sebuah Kaligrafi, seni menulis dengan huruf Arab.
Lukisan Prabu
Siliwangi
Lukisan ini dinilai sangat istimewa karena dilukis
dengan bimbingan dan petunjuk gaib. Ini adalah lukisan Prabu Siliwangi sedang
bersama Macan Siliwangi. Lukisan ini sangat dipercaya, bahwa tatapan mata dan arah ujung kaki kiri Prabu Siliwangi selalu mengikuti kemana saja
arah orang yang memandangnya.
Setiap pengunjung cenderung mencoba melihat lukisan ini dari beberapa titik pandang. Ingin membuktikan bahwa kemana saja melangkah maka selalu terkena sinar tatapan Prabu Siliwangi.
Setiap pengunjung cenderung mencoba melihat lukisan ini dari beberapa titik pandang. Ingin membuktikan bahwa kemana saja melangkah maka selalu terkena sinar tatapan Prabu Siliwangi.
Di Taman
Sari
Taman sari, tempat mandi putri keraton. Tempat yang tampak
paling tidak terawat. Walaupun tidak cukup luas, dulu pasti tempat mandi yang sangat
indah. Seluruh dinding kolam, dinding tempat keluarnya air, semua dari susunan
batu karang. Taman ini mengingatkan tempat mandi Ken Dedes di Singosari, atau pertirtaan
di Pulau Bali. Ada bilik-bilik yang ditengahnya ada patung tempat keluarnya
air.
Hal yang menjadi catatan tentang Batu
Karang dan Macan di Keraton Cirebon adalah:
Batu karang dijadikan sebagai lambang kekerasan tekad, kekokohan pendirian para pemimpin dan rakyat Cirebon. Untuk mengingatkan hal tersebut maka batu karang sengaja ditempatkan secara khusus di tempat-tempat yang setiap hari mudah terlihat.
Batu karang dijadikan sebagai lambang kekerasan tekad, kekokohan pendirian para pemimpin dan rakyat Cirebon. Untuk mengingatkan hal tersebut maka batu karang sengaja ditempatkan secara khusus di tempat-tempat yang setiap hari mudah terlihat.
Macan sebagai lambang kekuasaan, kekuatan, keuletan,
sikap tegas, trampil-trengginas di saat mengatasi masalah, mencari mangsa namun
lembut dan memikat di saat seluruh masalah telah teratasi.
Macan Ali atau Macan Luhur adalah bendera kebanggaan Keraton
Cirebon yang memiliki kaligrafi berlafal; “Lailahaillah Muhammadarrasulullah”
berwarna hijau dan kuning. Dasar bendera berwarna hijau dan macannya berwarna
kuning melambangkan sifat rahman-rakhim, murah asih, kasih sayang.
Macan Siliwangi yang berbentuk patung, harimau sakti milik Prabu Siliwangi di Pajajaran, nenek moyang para penghuni Keraton Cirebon.
Baca juga : Gajah Cirebon
Macan Siliwangi yang berbentuk patung, harimau sakti milik Prabu Siliwangi di Pajajaran, nenek moyang para penghuni Keraton Cirebon.
Baca juga : Gajah Cirebon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar