Kamis, 08 Mei 2014

GAJAH DI CIREBON

Catatan dari Cirebon 4

GAJAH DI CIREBON
Toto Endargo

Ganesha, liman, gajah, dan ghana adalah hal yang merujuk pada bentuk yang hampir sama, yaitu sama-sama memiliki belalai. Liman adalah nama lain dari gajah, hewan berbelalai. Ghana dan Ganesha adalah nama dewa yang memiliki wajah gajah, wajahnya berbelalai.
Di Keraton Cirebon ternyata liman atau gajah memiliki kedudukan khusus. Liman ada dalam bentuk lukisan, gambar dan ukiran. Dapat ditemukan dengan mudah di Keraton Kanoman maupun Keraton Kasepuhan Cirebon.
Di Keraton Kanoman
Di musium Keraton Kanoman ada dua bentuk liman. Yang satu pada sebuah ukiran kayu berbentuk relief menggambarkan seorang manusia berkepala gajah, sering disebut sebagai ujud Ganesha. 
Perlu diketahui bahwa sedikitnya ada dua Ganesha yaitu yang tubuhnya manusia dengan kepala gajah dan ada Ganesha yang seluruh tubuhnya benar-benar gajah dan memiliki empat “tangan”.
Ganesha bermakota pada relief gunungan ini adalah ganesha dengan badan dan kaki manusia, berkepala gajah. Belalai dan gadingnya tampak panjang. Dua tangan yang di belakang sedang memegang sebilah pedang panjang di punggungnya. Tangan kiri memegang gagang pedang, yang kanan memegang bilah pedang. 
Dua tangan di depan yang kiri sedang membawa pijaran api, yang kanan memegang ujung tongkat. Ia berjalan di depan sebuah pintu gerbang dengan kawalan dua burung bersayap lebar. Burungnya berkepala buaya yang sedang membuka mulut. Uniknya kedua burung dilukiskan sama-sama menghadap ke belakang. Ujung belalai rupanya berada di depan perut dan menghadap ke atas.

Paksi Naga Liman
Ada dua buah kereta dengan nama yang sama, yang satu yang asli dan yang satu tiruan. Namanya “Kereta Paksi Naga Liman”. Sesuai namanya maka kereta ini memiliki badan, leher dan kepala yang merupakan kombinasi antara:
Paksi = burung. Badan kereta memiliki sayap
Naga = ular besar. Kepala ular naga dari jawa. Kepala yang bertelinga, bermakota, tanduknya mencuat ke atas dan kedua rahangnya bertaring tajam, lidahnya berbentuk tumpul sedang menjulur; dan
Liman = gajah. Rahang atas kepala naga menjulur kedepan membentuk belalai dan memiliki dua buah gading. Belalainya memegang senjata yang kedua ujungnya berbentuk trisula, senjata nenggala. Tempat duduk kereta mengambil bentuk badan atau perut gajah.
Dengan wujud gajah yang dominan maka dapat dikatakan bahwa gajah atau liman di dalam kereta ini memiliki kedudukan yang khusus di lingkungan Keraton Cirebon.


Di Keraton Kasepuhan
Kereta Singa Barong
Mirip kereta yang ada di Keraton Kanoman. Kereta yang berada di salah satu gedung di Keraton Kasepuhan ini namanya “Kereta Singa Barong”. Walau namanya pakai kata Singa namun tidak ditemukan sedikitpun bentuk singa dalam kereta ini. 
Bentuk Kereta Singa Barong adalah “Paksi Naga Liman” artinya badan kereta diberi sayap seperti burung, kepala kereta adalah kepala naga jawa dengan dua buah tanduk yang mengarah ke belakang, tidak bermakota, rahang atas mulut naga diteruskan menjadi belalai gajah yang juga memegang senjata nenggala bentuk trisula. 
Sedikit perbedaan antara Paksi Naga Liman di Kanoman dengan Singa Barong di Kasepuhan adalah pada sikap kepala. Kepala Paksi Naga Liman arah pandang matanya sedikit menunduk, mengesankan rasa damai dan luluh, menyatu dengan yang memandangnya. Sedangkan Singa Barong sikap kepalanya sedikit mendongak, mulut terbuka lebar, lidah menjulur, arah pandang matanya tajam, belalainya mencuat ke atas seakan siap untuk melemparkan senjata nenggala, mengesankan sikap waspada dan mengancam.

Ganesha Merah
Terbuat dari kayu. 
Mungkin begitulah sebutan yang benar, “Ganesha Merah” sebab bentuknya adalah manusia bermuka gajah dan berwarna merah. Unik! Setelah diamati secara seksama ternyata bentuk ganesha ini adalah kaligrafi. Sepertinya dua kalimat sahadat. Ada tulisan Allah. 
Sepintas ganesha ini tak berbaju. Bertangan empat. Dua tangan, seperti mengepal di depan dada. Dua tangan lagi direntangkan di kanan kiri tubuh. Tangan kanan memegang benda melingkar bulat seperti kompas, tangan kiri memegang seperti gada pemukul. Belalainya di depan dengan ujung belalai menghadap ke atas. Kakinya bertanduk, bertaji layaknya tanduk ayam jago, sedangkan telapak kakinya berbentuk seperti riak air. Ganesha Merah sepertinya sedang berjalan di atas samudra.


Ganesha Naik Macan Ali
Terbuat dari tembaga. Ganesha bersorban memegang bola dan pedang. Bentuk ganesha ini mirip ganesha pada wayang kulit, peran panembahan. Sorbannya mirip sorban para wali. Umumnya para wali digambarkan bersorban. 
Kedua kaki Ganesha ternyata kaki burung, seperti kaki Kinara-Kinari, yang bertaji. Berdiri di atas seekor harimau. Harimaunya mengingatkan kita kepada Macan Ali. Mereka sepertinya sedang berjalan di atas gelombang lautan. Di atas keduanya ada tujuh burung pelikan yang sedang terbang mengiringinya. 
Seluruh sosok tubuh Ganesha, Macan Ali dan Burung Pelikan dibentuk oleh lekuk-liku huruf arab, bentuk kaligrafi. Pada gelombang lautan juga tersebar kaligrafi Arab.

Ganesha Naik Gajah
Unik, karena ganesha adalah orang berkepala gajah digambarkan sedang duduk di atas punggung gajah. Terbuat dari tembaga. 
Sang Ganesha tampak sebagai orang yang arif bijaksana, bersorban, wajahnya teduh. 
Memiliki empat tangan. Dua tangan yang di depan sedang bersedekap. Dua tangan yang lain di belakang sedang memegang tombak panjang dengan ujung runcing dan berkait. Tangan kanan memegang bagian ujung tombak dan tangan kiri memegang pangkal tombak. 
Kaki Ganesha sebagai kaki manusia, tidak beralas kaki, menjuntai di perut gajah. 
Gajah berjalan di tepi sebuah telaga. Tampak jelas tergambar daun dan kuncup bunga teratai. Di tepi yang lain tampak tanaman yang bunganya sedang mekar dan tanaman perdu yang sedang berbuah. 
Di atas mereka sepertinya ada lima ekor burung pelikan yang sedang terbang mengiringi perjalanan sang Ganesha. Awan digambarkan bagaikan payung yang menaungi mereka.

Naga Jawa
Ular besar atau naga ternyata dalam menggambarkannya ada perberbedaannya.
Di Keraton Kanoman dapat ditemukan wujud Naga Jawa. Naga bermahkota, tanpa tanduk, tanpa lidah menjulur. Karena bermakota maka bisa disebut sebagai dewa naga. Ular naga dalam pewayangan lebih sederhana, kepala ular hanya diperbesar. 
Yang sering kita lihat adalah naga dari China. Kepala naga penuh dengan surai, tanduk bercabang, keluar semacam api dari tubuhnya, bertelinga, dan mulutnya selalu terbuka dengan lidah yang bercabang mejulur-julur.

Nama hewan menjadi nama orang
Dulu orang cenderung menyamakan kemampuan, sifat dan tabiat dirinya dengan kemampuan hewan tertentu. Hal tersebut dapat ditengarai dengan bukti bahwa banyak nama hewan yang digunakan untuk menjadi nama orang. 
   Contoh; Gajah Mada, Hayam Wuruk, Sawung Galing, Banyak Cakra, Lembu Tal, Mahesa Campaka, Mahesa Wongateleng, Kebo Kanigoro, Walang Sungsang, Ciung Wanara, Kudha Narpada, Ratu Sima, Singadimeja, Liman Sujana dan lain-lain.
Mencermati bahwa gajah adalah hewan yang sangat menonjol dilihat dari besar tubuhnya, kekuatan, kecerdasan, dan perilaku komunitas gajah; maka menjadi wajar jika gajah atau liman memiliki kedudukan khusus di komunitas manusia. Dan ketika dikombinasikan dengan tubuh manusia muncullah nama Ganapati, Bethara Gana, dan juga Ganesha. Konon Maha Patih Gajahmada keberadaannya juga digambarkan dalam bentuk Arca Dewa Gajah. Arca ini seluruh tubuhnya adalah gajah. Bertangan empat dan bermahkota.
  Demikianlah sedikit cerita tentang gajah yang ada di keraton Cirebon. 
Semoga bermanfaat.

Baca juga: Mega di Cirebon





Tidak ada komentar:

Posting Komentar