Minggu, 13 April 2014

MEGA DI CIREBON

Catatan dari Cirebon 1

MOTIF MEGA DI CIREBON
Toto Endargo

Alam memberi inspirasi kepada manusia untuk membuat karya seni rupa dengan motif-motif yang khas. Awan di langit biru dituangkan dalam lukisan bahkan ukiran dan relief. 
  Motif awan atau mega sangat populer di Cirebon. Dapat dikatakan motif mega sejak dahulu menjadi ciri khas, identitas Cirebon. Motif awan Cirebon berbeda dengan motif awan dari China. Motif awan dari Tiongkok tekukan garisnya membentuk sudut 90 derajat. Perhatikan keberadaan motif mega yang ada di beberapa tempat berikut ini;

Di Keraton Kasepuhan
Keraton Kasepuhan Cirebon atau Keraton Pakungwati, dari sinilah mungkin cikal bakal motif awan menjadi identitas Kota Cirebon. 
Keraton sebagai pusat pemerintahan, pusat budaya, pusat adat istiadat, maka wajar menjadi sumber inspirasi bagi rakyatnya para seniman. Perhatikan puncak gapura di depan pendapa, relief hiasan di atap Keraton, nyata dihias dengan motif awan khas Cirebon. Bahkan di pangkal pilar gapura dihias motif awan pula. Jika keraton ini dibangun pada sekitar tahun 1452 M maka sudah sekitar enam abad keberadaan motif awan di Keraton Kasepuhan Cirebon ini.

Di Kereta Jempana
Di keraton Kanoman Cirebon, di sebelah timur, menghadap ke barat ada sebuah bangunan beratap model Jawa namun dua pilar di terasnya bergaya Eropa, tergantung tulisan Gedung Pusaka Keraton Kanoman. Gedung Pusaka yang cenderung disebut sebagai musium. 
Ada tiga buah kereta kuno di dalamnya. Kereta Paksi Naga Liman yang asli, Kereta Paksi Naga Liman tiruan dan Kereta Jempana.
Di Kereta Jempana, sebuah Kereta Kerajaan Kanoman Cirebon untuk permaisuri, konon dibuat pada tahun 1350 Saka Jawa atau tahun 1428 Masehi terdapat tempat duduk yang dibuat menyerupai gumpalan awan. Tempat duduk dengan relief atau ukiran bentuk awan. 
Atap yang berada persis di atas kepala sang permaisuri pun dibuat bagaikan awan yang sedang melayang. Melindungi permaisuri dari sinar matahari, awan melayang ini juga diukir dengan bentuk awan khas Cirebon.

Di Batik Mega Mendung
Dalam seni batik Ceribon, corak batik dengan motif awan disebut dengan nama motif “Mega Mendung”, atau awan di kala mendung. 
Kata mendung mungkin untuk menggambarkan suasana gambar awan yang dibuat sangat padat antara satu awan dengan awan yang lain bagaikan mega saat akan turun hujan. 
Kepadatan para mega itulah yang mungkin menjadikan ada kata mendung di belakang kata mega. Dan walau kata mendung sering diterjemahkan sebagai suasana sedih namun dalam hal motif batik mega mendung justru tergambarkan suasana yang damai, ceria dan penuh dinamika.
   Lantai di Makam Sunan Gunungjati ini dapat dijadikan pembanding dengan motif mega Cirebon. Motif lantai ini adalah motif mega dari Tiongkok, umumnya digunakan sebagai pembatas bidang atau garis tepi. Motif bintang yang sedikit terlihat di atasnya mirip motif lantai yang ada di Keraton Yogyakarta.  

Di Rumah Penduduk
Di rumah penduduk ini yang kebetulan di pinggir jalan, salah satu pilarnya dihiasi motif batik mega mendung. Walau hanya sepotong awan namun cukup sudah menjadi hiasan pemanis khas Cirebon. 
Di setiap toko batik di Cirebon pasti menampilkan hiasan potongan awan ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif mega mendung benar-benar menjadi identitas Kota Cirebon yang sering disebut juga sebagai kota udang.

Awan Tampak Bercahaya
Perhatikan cara memberi warna kuning kemerahan pada relief awan yang ada pada bagian belakang tempat duduk Kereta Jempana. Warna api hanya diterakan pada bagian dalam relief. 
Ternyata warna tersebut menjelma menjadi efek cahaya yang seakan muncul dari dan di dalam awan. Seakan ada kobaran api di dalam gumpalan awan. 
Jika dilihat dari dekat hal tersebut tidak tampak betul namun setelah sedikit menjauh akan tampak jelas hasil kamuflase efek cahaya yang dibuat sangat cermat ini.

Ada beberapa lagi motif khas Cirebon yang dapat diperhatikan yaitu motif bintang segi delapan pada puncak tiang, motif tumpukan batu karang dan motif harimau Siliwangi.


Baca juga : Oktagonal di Cirebon




Tidak ada komentar:

Posting Komentar