BINTANG SEGI DELAPAN
Toto Endargo
Tertarik pada sebuah sudut bangunan
kuno adalah salah satu langkah untuk menikmati karya seni, hasil budaya nenek moyang
kita. Hal yang mengasyikan. Dengan fasilitas teknologi, bahan, dan alat yang
pasti masih sangat terbatas namun dapat menghasilkan karya seni yang mengagumkan.
Karena ke keraton maka yang dilihat
adalah bangunan istana, rumah kediaman raja. Bangunan megah di Jawa cenderung
disebut sebagai “rumah tikelan” artinya
pada bangunan tersebut terdapat pemasangan balok kayu yang bertingkat (tikel=tingkat). Umum mengenal rumah tikelan adalah bentuk joglo.
Ada empat bangunan yang sempat teramati
dan dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan bahwa ciri khas puncak tiang
pada bangunan di Cirebon adalah Bintang Segi Delapan, Bintang Oktagonal.
Bentuk pembuatan Bintang Segi Delapan
itu menjadi seperti piramida terbalik, mengecil di bagian bawah dan melebar di
bagian atas. Kondisi bagian bawah yang mengerucut itu ternyata digunakan untuk
menahan seluruh beban atap bangunan. Pada umumnya tumpuan yang baik adalah jika
bagian bawahnya yang lebar. Namun di empat bangunan yang sempat teramati justru
sebaliknya itulah uniknya mahkota tiang Bintang Segi Delapan.
Keraton
Kasepuhan, ada empat tiang utama
dengan mahkota pilar Bintang Segi Delapan. Tiang diberi warna hijau, bintang
segi delapan berwarna emas, tikelannya ada empat, artinya di atas tiang utama
ini ada delapan tumpukan balok, balok di atas saka guru inilah yang menjadikan istana Cirebon ini tampak megah dan indah, ukiran yang diberi warna emas. Sebagai penguat ke empat tiang utama ini. Di bawah Bintang Segi Delapan ada balok-balok lagi yang menghubungkan keempat tiang, saka guru ini.
Keraton
Kanoman, di bagian depan Keraton
Kanoman terdapat bangunan besar dengan empat pilar. Teknik penyambungan
terhadap tiang utama mengandalkan “purus
dan pen” artinya cukup dengan melubangi tiang, lubang digunakan untuk
memasukan purus (lidah ujung balok)
dan kemudian puruspun sempat dilubangi untuk dimasuki pen. Di atas sambungan purus dan pen ini adalah mahkota tiang utama
yaitu Bintang Segi Delapan. Diatas Bintang Segi Delapan ini ada tumpukan balok.
Bentuk bangunan tikelan ada empat balok yang ditumpuk, dua ke samping kanan,
dua ke kiri. Balok-balok tersebut membentuk empat persegi panjang. Pojok
tumpukan balok di atas Bintang Segi Delapan inilah yang menjadi tumpuan utama
atap bangunan.
Masjid
Agung Kasepuhan
Masjid Agung Cirebon ada sedikit diluar
Keraton Kasepuhan. Di Masjid inilah dulu Sunan Gunungjati setiap kali berjamaah
dan berdiskusi dengan para wali. Konon di tempat inilah pula Syeh Lemahabang
diadili oleh para wali dan kemudian di tusuk oleh Sunan Kudus dengan keris Kaki
Naga Gede yang berluk sembilan atas perintah Sunan Gunungjati. Syeh Lemahabang,
atau Syeh Sitijenar raganya sempat berdarah lalu menghilang dan ketika muncul
kemudian raga mengecil menguncup sekuncup Bunga Melati.
Pada tiang-tiang utama bangunan masjid
ini bermahkotakan Bintang Segi Delapan. Teknik penyambungan masih menggunakan “purus dan pen”
Makam
Sunan Gunung Jati
Banyak hal yang unik di Makam Sunan
Gunung Jati. Di awali dari tempatnya yang tertutupi pasar kecil. Lalu barisan
peminta derma atau sodaqoh. Pemandu wisata yang sederhana dan bersarung.
Petugas yang bertelanjang dada dengan blangkon Sunda. Makam dengan sebaran batu
nisan yang modelnya cenderung seragam. Berbagai
macam tempat menaruh uang. Dari kotak, bejana kuningan yang bergambar makara, seperti gambar raksasa di pintu
candi, sampai ada pula yang menggunakan “cething”
bakul dari anyaman bambu. Di Makam Sunan Gunung Jati, di bangunan dekat
sumber air dengan genthong yang besar, dapat dilihat tiang bangunan dengan
mahkota Bintang Segi Delapan.
Filosofi Jawa
Keberadaan mahkota tiang dengan Bintang
Segi Delapan menjadikan perenungan terhadap hal-hal yang menyangkut angka “delapan”.
Mata
Angin
Delapan penjuru angin, menunjuk kepada
delapan penjuru utama arah; utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat
daya, barat dan barat laut. Dapat dimaksudkan bahwa pengaruh Keraton Cirebon
menyebar ke segala penjuru dunia, menjadi penerang dan penyebar Agama Islam di
seluruh pusaran dunia, sehingga pendirinya putra Pajajaran Pangeran
Walangsungsang bergelar sebagai Pangeran Cakrabuana (pusaran bumi).
Asta
Brata
Delapan sifat utama para pemimpin, Asta
Brata. Mungkin sebagai pesan kepada para pembesar di Keraton Cirebon hendaknya
memiliki sifat-sifat seperti Matahari yang tegas tanpa pandang bulu, bebas KKN;
seperti Bulan yang jadi penerang dalam kegelapan, indah, sejuk dan damai; seperti
Bintang yang memberi arah bagi orang yang tersesat dengan jutaan pancaran
ceria; seperti Bumi, sang Ibu Pertiwi yang sabar, selalu memberi tempat dan
segala kebutuhan hidup; seperti Samudra yang sangat luas penuh pengetahuan dan
mampu menampung berbagai persoalan secara bijaksana seperti lautan yang mampu
menampung air dari ribuan sungai; seperti Air yang bergerak mengunjungi dan
mengisi tempat yang lebih rendah, membantu orang kekurangan; seperti Angin yang
memberi kesejukan, siapapun dikunjungi, bersifat adil; atau seperti Api yang
mapu memberi kehangatan sekaligus mampu membakar, menghukum dan memusnahkan hal
yang harus dibasmi.
Dewa
Kadewatan
Delapan dewa dalam pewayangan, ada
delapan dewa, yang umum dikenal baik hubungannnya dengan Pandawa yaitu Batara
Surya, Bayu, Baruna, Brama, Indra, Yamadipati, Kuwera, Wisnu.
Filosofi Tionghoa
Salah satu istri Pangeran Syarif
Hidayatullah, Raja Cirebon adalah dari Negeri China, Tionghoa. Maka
angka delapan dapat pula diterjemahkan lewat istrinya, budaya Tionghoa.
Mitologi
Taoisme
Dalam mitologi Taoisme di China, dikenal
delapan kondisi kehidupan yaitu saat muda, saat lanjut usia, miskin, kaya,
jelata, terhormat, jadi laki-laki dan jadi perempuan.
Jalan
Kebenaran
Ada pula delapan unsur jalan utama keberhasilan yaitu: pengertian benar,
pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, pencaharian benar, daya-upaya
benar, perhatian benar dan bersemedi dengan benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar