Sabtu, 10 Desember 2016

ARYATI SELALU CINTA

ARYATI SELALU CINTA
Toto Endargo,S.IP

   Lirik lagu tahun 1950-an berbeda jauh dengan tahun 2010. 
Perilaku dan nuansa budaya cintanya jauh berbeda.

Ismail Marzuki
   Aryati Selalu Cinta, judul ini diambil dari dua buah judul lagu. Aryati, lagu gubahan Ismail Marzuki pada sekitar tahun 1950-an dan lagu Selalu Cinta dibawakan oleh Band Kotak, di-rilis dan terkenal mulai tahun 2010.
   Jika lagu dapat dianggap sebagai salah satu catatan budaya. Budaya pada masanya atau cerminan dari perilaku masyarakat pada saat lagu diciptakan maka akan kita dapati perilaku yang bertolak belakang, minimal ada perbedaan yang sangat nyata di antara keduanya.
   Jika dicermati terdapat hal yang unik dan menarik dari lirik kedua lagu ini. Unik karena memiliki syair yang khas tentang perasaan hati. Lagu Aryati adalah menggambarkan perasaan laki-laki yang mengagumi seorang perempuan yang bernama Aryati, sedang Selalu Cinta menggambarkan duka perasaan wanita yang dilukai oleh seorang laki-laki. Menarik karena yang satu menerima nasib walau belum terjadi, masih dalam mimpi, sedang yang satu seakan menyesali dengan semua yang telah terjadi dan menimpanya.
   Berikut sekedar perbandingannya:
Lagu I,
Lirik lagu Aryati – Ismail Marzuki – Tahun 1950 an
   Aryati, dikau mawar asuhan rembulan,
   Aryati, dikau gemilang seni pujaan
   Dosakah hamba mimpi berkasih dengan tuan,
   Ujung jarimu kucium mesra tadi malam
   Dosakah hamba memuja dikau dalam mimpi,
   Hanya dalam mimpi
   Aryati, dikau mawar di taman khayalku,
   Tak mungkin tuan terpetik daku
   Walaupun demikian nasibku,
   Namun aku bahagia seribu satu malam
Lagu II,
Lirik lagu Selalu Cinta – Kotak – Tahun 2010
   Kau tanya, aku menjawab, kamu minta, aku berikan,
   Ku sayangi kamu
   Ku bicara, kamu yang diam, ku mendekat, kamu menghindar,
   Separah inikah kamu dan aku
   Bagaimana bisa aku tak ada di setiapmu melihat, sementara ku ada
   Bagaimana bisa kamu lupakan yang tak mungkin dilupakan,
   Aku selalu cinta, selalu cinta
   Kamu hilang, aku menghilang, semua hilang yang tak kukira
   Jangan tanya lagi, tanya mengapa
   Bagaimana bisa aku tak ada di setiapmu melihat, sementara ku ada
   Bagaimana bisa kamu lupakan yang tak mungkin dilupakan,
   Aku selalu cinta tapi kamu tidak
   Tapi kamu tidak, tapi kamu tidak

Rayuan
Lagu I,
   Menampilkan kata rayuan, kalimat pujaan seorang pria terhadap wanita. Setidaknya menunjukkan bahwa sang pria sangat memahami secara psikologis tentang perasaan wanita yang menurutnya suka dirayu dan dipuja. Maka di awal lagu ada kata pujaan untuk merayunya.
    Aryati, dikau mawar asuhan rembulan,
    Aryati, dikau gemilang seni pujaan
Lagu II,
   Menampilkan suasana wanita yang merayu pria dengan cara sangat memanjakan sang pria. Bahkan sampai seperti merendahkan diri, rela dilecehkan. Tergambar disini cara merayu yang sangat tak etis. Si wanita mengabulkan semua permintaan si pria agar si pria tetap cinta padanya. Didiamkan dan dihindari oleh si pria yang sombong, namun si wanita tetap mengatakan sayang dan memujanya membabi buta. Padahal si wanita sadar tentang keparahan hubungan mereka yang tidak harmonis.
    Kau tanya, aku menjawab,
    Kamu minta, aku berikan,
    Ku sayangi kamu
    Ku bicara, kamu yang diam,
    Ku mendekat, kamu menghindar,
    Separah inikah kamu dan aku?

Etika Jatuh Cinta
Lagu I,
   Sang pria sangat beretika dan agamis. Si pria hanya berani mencium ujung jari dan memuja si wanita, itu pun hanya dalam mimpi. Dan diulangi; “Hanya dalam mimpi!” Hanya membayangkan dalam mimpi! Walau hanya dalam mimpi si pria masih ketakutan akan dosa, takut berdosa. Betapa si pria beretika dan sangat patuh terhadap aturan agama. Jelas bahwa si pria mimpi jatuh cinta. Walau hanya dalam mimpi, namun pria ini sudah "nyungsang-njempalit", memperhitungkan agar kejatuh-cintaannya tidak berbuah dosa.
    Dosakah hamba mimpi berkasih dengan tuan,
    Ujung jarimu kucium mesra tadi malam
    Dosakah hamba memuja dikau dalam mimpi,
    Hanya dalam mimpi
Lagu II,
   Jika peristiwa ini benar-benar terjadi, maka berarti sikap sang pria sangat melecehkan si wanita. Si pria kepo (suka bertanya), penuntut, pendiam, penghindar, pengecut, sombong dan raja tega. Tidak tergambarkan sedikitpun si pria punya etika yang baik. Dari segi agama yang membicarakan hubungan pria dan wanita, patut dicurigai bahwa di antara keduanya telah melakukan hal yang tidak semestinya.
   Dari tiga kalimat yang tersurat dan tersirat dalam lirik lagu Selalu Cinta, secara keseluruhan, yaitu: "Kamu minta, aku berikan; - Hal yang tak mungkin dilupakan; dan - Semua hilang yang tak kukira", ada indikasi ada hal yang tidak semestinya. Dari tiga kalimat ini bisa dimaknai bahwa si wanita telah memberikan sesuatu yang sangat berharga sehingga pemberian itu tidak mungkin dapat dilupakan.   Namun demikian akhirnya dia sadar bahwa percuma saja dia telah memberikan segalanya, dia telah kehilangan hal yang sangat berharga. Kehilangan yang di luar perkiraannya, semua hilang percuma. Lirik lagu "Selalu Cinta" sepintas tersirat datar dan sopan, namun jika dicermati ada kedalaman yang tak terduga, inilah alasan mengapa lagu ini yang terpilih untuk mewakili lagu jaman kini.
   Jadi penilaian dari segi agama adalah nihil, karena mengabaikan perhitungan tentang dosa yang dapat menimpa keduanya. Lalu tersirat dan tersurat pula perilaku sang pria.
   Secara etika si pria adalah seorang yang:
     Kepo dan penuntut = Kau tanya, aku menjawab, kamu minta, aku berikan
     Pendendam = Ku bicara, kamu yang diam
     Penghindar dan pengecut = ku mendekat, kamu menghindar
     Sombong, buta mata-hati = Bagaimana bisa, aku tak ada di setiapmu melihat, sementara ku ada
     Ingkar dan pendosa = Bagaimana bisa, kamu lupakan yang tak mungkin dilupakan
     Raja tega = Aku selalu cinta, tapi kamu tidak. Tapi kamu tidak, tapi kamu tidak

Kebahagiaan
  Kedua lagu ini bicara tentang cinta. Cinta akan menimbulkan kebahagiaan. Cinta juga membutuhkan kedekatan secara emosi dan kedekatan ragawi. Namun dalam angan dan kenyataan cinta keduanya berjalan bertolak belakang.
Lagu I,
   Sang pria sangat legawa, nglenggana. Sangat sadar cintanya tidak akan kesampaian, dan dia tetap tabah, menerima takdirnya. Namun demikian, walau jatuh cinta hanya dalam khayalan, dia sudah merasa bahagia bertahun-tahun. Bahagia selama seribu satu hari atau 2,7 tahun. Barangkali mewakili sebagian tipe pria kuno di tahun 1950-an.
   Hal yang menarik adalah kata "tuan". Tuan di lagu ini jelas sebagai pengganti kata Aryati. Aryati adalah mawar asuhan rembulan. Aryati diibaratkan sekuntum bunga. Aryati adalah seorang perempuan. Jadi kata "tuan" di lagu ini digunakan sebagai pengganti orang kedua perempuan. Kita mengenal kata "tuan" dan "nyonya". Kenapa kata "tuan" digunakan untuk pengganti orang kedua perempuan, bukan "nyonya"? Kata "anda" dapat digunakan untuk pria, dapat juga untuk wanita. Mungkinkah sesungguhnya, atau minimal di tahun 1950-an, kata "tuan" setara dengan kata "anda"? Sangat mungkin! Sebab dua kali kata "tuan" disebutkan di lagu ini: Dosakah hamba mimpi berkasih dengan tuandan Tak mungkin tuan terpetik daku. He, he, semoga hal ini ada yang dapat menerangkan dan memberikan pencerahan.
   Sedangkan kalimat yang menunjukkan sifat legawa sang pria adalah:
    Aryati, dikau mawar di taman khayalku,
    Tak mungkin tuan terpetik daku
    Walaupun demikian nasibku,
    Namun aku bahagia seribu satu malam
Lagu II,
   Sang wanita, seperti tidak bahagia sesaat pun. Dalam seluruh kalimat dalam lagu ini tersebar penderitaan batin yang parah. Ada rasa putus asa, hilang harapan, hilang minat untuk membicarakan cintanya, membicarakan masalahnya; “Jangan tanya lagi, tanya mengapa!”.
   Si wanita sadar bahwa masalahnya sudah buntu, notog, bebel, dan tak mungkin dapat menjadi baik. Kebahagiaan telah jauh panggang dari api, tak mungkin bahagia. "Kamu hilang, aku menghilang, semua hilang yang tak kukira". Namun demikian dia masih melolong, masih mengais-ngais kebahagiaan dengan modal cinta. “Aku selalu cinta, tapi kamu tidak! Tapi kamu tidak! Tapi kamu tidak!". Barangkali mewakili sebagian tipe wanita di tahun 2010-an.

Sastra dan Majas.
   Sastra adalah karya tulisan atau lisan yang halus-menyentuh dalam bentuk bahasa yang khusus. Dapat dalam bentuk dipadatkan, dipanjang-pendekkan, diterbalikkan dan dapat pula diganjilkan. Agar terbentuk nilai sastra digunakanlah gaya bahasa. Dengan memanfaatkan kekayaan bahasa dan menggunakan kata tertentu dapat diperoleh karya yang unik, yang menarik. Majas banyak dipakai dan disajikan secara khas dan khusus dalam sastra untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya.
   Berikut yang dapat penulis sampaikan dari mencermati kedua lagu di atas:
Lagu I,
   Diakui atau tidak lirik lagu Aryati digubah dengan bahasa sastra yang baku, halus dan menyentuh. Ada ajaran dan pelajaran yang jika direnung-cermati dapat merasuk ke kalbu sebagai perilaku yang patut diteladani. Kalimat-kalimat kiasan sangat dimaklumi; “mawar asuhan rembulan, gemilang seni pujaan, mawar di taman khayalku, bahagia seribu satu malam”, tentu masih sangat mudah untuk memahami arti kiasan ini. Aryati cenderung menggunakan gaya bahasa asosiasi atau perumpamaan.
   Kalimat "gemilang seni pujaan" seakan mengibaratkan bahwa Aryati adalah hasil seni yang mengagumkan. Jika dianggap sebagai hasil seni ukir-pahat adalah ukiran dan pahatan yang indah. Jika dianggap sebagai puisi adalah puisi yang menyentuh hati. Jika dianggap sebagai seni kriya jelas hasil karya yang gemilang. Aryati adalah hasil seni dari arsitek yang sangat mumpuni. Keberadaan Aryati dalam lagu ini seakan secara lahir-batin selalu menjadi pujaan karena Aryati adalah hasil karya seni yang gemilang, bagus, indah, mengagumkan dan luar biasa.  
Lagu II,
   Lagu ini disampaikan dengan menggunakan beberapa majas, antara lain majas antitesis, repetisi, klimaks, dan antiklimaks.
   - Majas antitesis, menyampaikan satu pernyataan yang kebalikannya segera disampaikan, contohnya:“Kau tanya, aku menjawab”, kata tanya berkebalikan dengan jawab, “Kamu minta, aku berikan" kata meminta dan memberi, “Ku bicara, kamu yang diam” kata bicara dan diam, “Ku mendekat, kamu menghindar” kata mendekat dan menghindar.
   - Majas repetisi, mengulang-ulang kata, yaitu kata kamu dan kata aku, contohnya: Kau..., aku; Kamu..., aku...; ‘Ku..., kamu...; ‘Ku..., kamu....”. Dan juga mengulang kalimat secara paralel.
     Kau tanya, aku menjawab,
     kamu minta, aku berikan, Ku sayangi kamu
     Ku bicara, kamu yang diam,
     ku mendekat, kamu menghindar, Separah inikah kamu dan aku
     Kamu hilang, aku menghilang,
     semua hilang yang tak kukira, jangan tanya lagi, tanya mengapa
   - Majas klimaks, dalam lagu ini adalah saat mengungkapkan keadaan yang dirasakan semakin lama semakin parah.
    Di awali dengan Kau tanya, lalu meningkat menjadi Kamu minta.
     Di awali dari “bicara”, meningkat menjadi “mendekat”.
   - Majas paradoks, mengungkapkan hal yang didapat dan dirasakan tidak seperti yang diharapkan. Kiriman tidak sesuai dengan pesanan!
     Bagaimana bisa aku tak ada di setiapmu melihat?
     Sementara ku ada
     Bagaimana bisa kamu lupakan?
     Yang tak mungkin dilupakan,
     Aku selalu cinta. Tapi kamu tidak!
     Tapi kamu tidak!
     Tapi kamu tidak!
   Khusus untuk kalimat, “Bagaimana bisa, aku tak ada di setiapmu melihat? Sementara ku ada”. Kalimat yang unik dan istimewa. Maksudnya mengungkapkan rasa herannya terhadap sikap si pria dalam bentuk tanya. “Bagaimana bisa? Setiap kali kau bercerita, kau katakan aku tak ada dalam peristiwa itu, padahal kau melihat aku. Sementara aku jelas-jelas ada disitu dan kau melihatku!”
   Unik dan istimewa karena dengan berani memendekkan kalimat yang panjang, “Bagaimana bisa, aku selalu tidak terlihat olehmu, sementara aku ada disana!” menjadi singkat sesuai kebutuhan ketukan lagu. Rasanya, untuk dapat mencerna maksud kalimat ini orang harus sedikit berpikir lebih dulu.
   - Anti klimaks yang parah terjadi di akhir lagu. “Aku selalu cinta. Tapi kamu tidak! Tapi kamu tidak! Tapi kamu tidak!” Berulang-ulang mengatakan, “Tapi kamu tidak!” menekankan bahwa cintanya benar-benar ditolak dan si wanita sangat kecewa.
   Demikian sebuah komparasi dari dua lagu ditinjau dari beberapa sudut. Sangat tidak valid apa yang tertulis di sini. Namun kiranya dapat dijadikan renungan bahwa lirik lagu yang diciptakan tahun 1950-an dengan tahun 2010-an, sudah jauh berbeda.
   Perilaku dan cara menyampaikan isi hati sudah jauh berbeda. Nuansa budaya hubungan pria dan wanita juga jauh berbeda.
Demikianlah, Aryati Selalu Cinta.
Salam!

*)
Terimakasih untuk istriku yang telah setia ikut membahas lirik-lirik lagu di atas..




2 komentar:

  1. Jika di era sekarang namanya copywriting atau seni dalam menulis sebuah tulisan. Biasanya saya sering pakai dalam hal marketing tools Pak Toto, supaya auidience atau calon customer exited membaca hingga selesai. Dengan kata-kata yang tidak menjuali, karea setiap orang tidak suka dijuali. Yaitu dengan bahasa yang renyah, joke, storytelling, dan utamanya menimbulkan penasaran. Ujung-ujungnya jualan, kena deh... haha

    Pembahasann yang menarik Pak Toto, semoga Pak Toto dan keluarga selalu sehat.

    Warm Regards
    Deny Hendratno, S.Pd
    Alumni 2003
    CEO and Founder privatrenang.com

    BalasHapus
  2. Terimakasih.Nulisku hanya sebagai hiburan, Mas Denny Hendratno!
    Semoga selalu sehat sejahtera!

    BalasHapus