Selasa, 13 Desember 2016

MERUNUT SI ADI DEMEN BATU

MERUNUT SI ADI DEMEN BATU
Toto Endargo

Akronim Sebakso, dari kata. 
"Salah, Baik dan Solusi”, atau dari kata "Sebab, Akibat, dan Solusi” 
Sebab di dunia pendidikan siswa harus punya pikiran kritis dan berimbang 
dalam mencermati setiap persoalan.
   
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
   Dulu di tahun 1983-an, saya sering bersama para Pramuka berkegiatan di seantero Kabupaten Purbalingga. Di antaranya saya pernah ikut ubyang-ubyung dengan Saka Bhayangkara. Duuluuu! 
Logo Saka Bhayangkara
   Satuan Karya Bhayangkara, atau Saka Bhayangkara dibentuk dan didirikan sebagai wadah pendidikan kepramukaan non formal dibawah kwartir dan Kepolisian RI, menjadi wujud nyata kemitraan Polri dengan masyarakat. Karena di Purbalingga, maka kami langsung dibina oleh Polres Purbalingga, bukan Polsek. Pembinanya minimal dua orang yaitu Kak Sumarto, piyayi Kembaran Kulon, dan Kak Samijan, yang rumahnya di barat Permen Davos, antara Kandanggampang atau Purbalingga Lor. Tempat kegiatannya di tangsi, tepatnya asrama polisi, di Jalan Notosumarsono, di gedung dekat jalan masuk, sepertinya sekarang sudah dipetak-petak, salah satunya menjadi ruang untuk pengurusan BPKB. 
   Dalam kegiatan Pramuka Saka Bhayangkara ini, dikenalkan juga kegiatan RBC, Remaja Bhayangkara Club. Anggota RBC semestinya adalah para remaja anak-anak Polisi yang berusia sekitar 18-21 tahun. Tapi rupanya RBC sulit dibentuk, atau tepatnya sulit mendapatkan anggota yang mapan dan konsisten. Maka RBC Polres Purbalingga saat itupun terasa tidak eksis. Dalam kegiatan bertema RBC ini kami sempat berlatih kesenian di tangsi. Mas Tarko dari Selakambang, sempat bermain kendang di tengah ruangan.
   Di samping RBC dan hal kepramukaan, tentu saja dikenalkan hal kelalu-lintasan, di antaranya hal pelaporan kejadian kecelakaan lalu-lintas. Nah, di materi pencatatan kecelakaan lalu-lintas inilah saya dikenalkan oleh Kak Sumarto, istilah; “Si Adi Demen Batu”. Sebuah singkatan dari: Si-apa, A-pa, Di-mana, De-ngan apa, Men-gapa, Ba-gaimana, wak-Tu-nya kapan. Atau umumnya dikenal dengan istilah: 5W+1H (What = Apa; Who = Siapa; Why = Mengapa; When = Kapan; Where = Dimana; dan How = Bagaimana). 
   Sejak dikenalkan inilah saya mengingatnya sebagai pelajaran yang bagus terutama dalam hal tulis menulis. Saya mengajarkannya kepada para siswa jika sedang membicarakan hal pelaporan atau semacam liputan. Sampai pada tahun 2016, ketika saya di Ruang Media kedatangan anak gantheng, Alumni 1990 yang bernama Mahendra Yudhi Krisnha, bertanya resep apa yang digunakan saat membimbing eskul jurnalistik kepada anak-anak kelas VII dan VIII yang masih sangat polos dan cukup sulit dibimbing. Maka saya jawab, resepnya adalah: “Si Adi Demen Batu Sebakso”. Maksudnya adalah ..... bla, bla, bla!
   Dan kemudian muncul di Tabloid Elemen, artikel berikut:

RUMUS JITU MENULIS ALA TOTO ENDARGO
SI ADI DEMEN BATU SE-BAKSO
   Dalam proses menulis motivasi menjadi alat pacu yang baik dalam menghasilkan sebuah tulisan.
Apakah motivasi Anda dalam menulis? Motivasi yang Anda miliki haruslah kuat. Motivasi yang kuat dapat menangkal hambatan menulis yang paling utama, yaitu "kemalasan". Toto Endargo meyakini menulis itu mudah. Apakah Anda memercayainya? Beberapa orang menganggap menulis itu sulit dan untuk melakukannya diperlukan bakat khusus.
   “Sebenarnya tidak! Menulis adalah hal yang mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja,”ungkap pemilik akun weblog totoendargosip.blogspot.com ini. 
   Hanya saja, untuk dapat terus mengembangkan kemampuan menulis, seseorang harus memiliki kemauan dan praktik menulis itu sendiri. Tanpa kemauan dan disiplin yang kuat untuk terus berlatih, tentunya Anda tidak dapat menaklukkan hambatan-hambatan yang kerap muncul dalam menulis.
   “Rasa malas yang menghampiri dapat mengaburkan motivasi yang dimiliki oleh seseorang,” ungkap guru di SMP Negeri 2 Purbalingga.
   Selain rasa malas, lanjut Toto, hambatan yang biasanya ditemui oleh seorang penulis adalah yang berkaitan dengan ide, waktu, dan hal-hal teknis dalam tulis-menulis. Resep untuk menghasilkan tulisan artikel yang baik, di antaranya pertama taklukkan terlebih dulu rasa malas tersebut. Setelah itu, Anda akan siap untuk menghadapi hambatan-hambatan dalam menulis lainnya.
   Ia menambahkan, menulis artikel standar yang harus mengikuti rumus Si Adi Demen Batu Sebakso (Si Adi = siapa dan dimana, Demen = dengan apa dan mengapa, Batu = bagaimana dan waktunya kapan, Se Bakso = salah dan baiknya dimana, dan apa solusinya).
   “Artinya, setiap tulisan harus berdasarkan elemen atau unsur berita 5W+1H (Who, What, When, Where, Why, How), atau Siapa, Apa, Kapan, Di Mana, Kenapa, Bagaimana,” ungkapnya.
   Artikel yang baik lanjut Toto, harus memberikan solusi permasalahan bagi para pembacanya. Dengan menulis kita bisa menyebarkan ilmu pengetahuan, berpartisipasi pada pengembangan kehidupan, mengusung gagasan / penyelesaian suatu masalah melalui (media) tulisan.
   “Ingat, kreatif menulis itu butuh proses. Selain proses waktu, juga butuh keuletan tersendiri. Bekal utamanya ialah kemauan, ketekunan, kesabaran dan kecerdasan,” ungkapnya.
   Toto mengatakan, apabila takut tulisan jelek, sebenarnya bukanlah masalah. Tidak ada tulisan jelek selama ide dan isi tulisannya orisinal (asli), hasil pemikiran penulis sendiri.
   “Buatlah Blog, nulis di sana. Nulis apa saja yang sekiranya dibutuhkan dan bermanfaat bagi orang lain. Blog adalah “medium terbaik” untuk melatih kemahiran menulis (writing skills),” ungkapnya.
   Jika menulis untuk dimuat di media massa lanjut Toto Endargo, jangan khawatir, di tiap media ada editor yang bertugas menyeleksi dan memperbaiki (mengedit) naskah sebelum dimuat. Jadi, urusan bagus-tidaknya sebuah tulisan sebenarnya bukan urusan penulis, tapi itu urusan editor yang tugas utamanya menyeleksi dan memperbagus tulisan.
   Niat dan kemauan adalah bekal paling utama. Sabar berproses dalam jangka waktu yang panjang, dan cerdas belajar sepanjang hidup. Menulis itu mudah dan tidak sulit, mari kita mencobanya,” kata Toto Endargo. 

   Demikian tulisan yang ada di media.
   Menyikapi tulisan di atas ada dua hal yang ingin saya katakan:
Pertama: 
   Bahwa: Si Adi Demen Batu adalah pelajaran dari Kak Sumarto yang di tahun 1980-an. Saya selalu berterimakasih pada beliau. Ini salah satu “tinggalan” beliau yang masih kuingat. Jadi kiat menulis yang seakan ide saya adalah hal yang tidak tepat. Menurut hemat saya kalimat Si Adi Demen Batu ini adalah memang pelajaran yang diajarkan di lingkungan kelalulintasan atau humas kepolisian. Istilah yang berulang kali secara umum diajarkan kepada setiap peserta kegiatan kelalulintasan. Bahkan ada yang mengemukakan bukan lagi Si Adi Demen Batu, tapi menjadi Si Adi Demen Babi, bi-nya berarti “bilamana!”. 
Kedua:
   Bahwa akronim Sebakso, dari kata. “Salah, Baik dan Solusi”, atau kadang saya terjemahkan. “Sebab, Akibat, dan Solusi” adalah bikinan saya. Sebab di dunia pendidikan siswa harus punya pikiran kritis dalam mencermati setiap persoalan secara berimbang. Setiap persoalan dipikirkan mana yang dinilai salah dan mana pula yang dinilai baik. Dan yang penting lagi adalah siswa harus dapat memberi solusi, jalan keluar, saran yang konstruktif agar sebuah masalah pada akhirnya menjadi pelajaran untuk menuju kebaikan. Jika menemukan masalah yang berkonotasi negatif, siswa harus mengkaji sebab dan akibat perbuatan negatif sekaligus mencarikan solusinya agar semua kembali menjadi lebih baik.
   He, he, selebihnya semoga tulisan ini menjadikan periksa bagi semua pihak yang mengenal istilah Si Adi Demen Batu bahwa Si Adi Demen Batu bukan ide saya pribadi tapi begitulah yang pernah diajarkan kepada saya.

   Wabilahi taufiq walhidayah wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
    Amiin!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar