Kamis, 19 September 2013

MEMBACA DAN "MEMBACA"

MEMBACA DAN “MEMBACA”
Toto Endargo, S.IP

Dalam Kata Pengantar Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Buku Guru SD/MI Kelas I, alinea dua, terbaca bahwa pada hakekatnya Siswa Kelas I SD/MI belum bisa membaca dan menulis. Pada alinea pertama dinyatakan bahwa Kurikulum 2013 berbasis kompetensi, di dalamnya dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Benarkah Siswa Kelas I SD/MI belum bisa membaca dan menulis?
Menurut hemat penulis pernyataan bahwa  Siswa Kelas I SD/MI pada hakekatnya belum bisa membaca dan menulis, terutama hal belum bisa membaca, adalah hal yang kurang tepat. Bahkan bertolak belakang dengan rumus keterpaduan tiga kompetensi Kurikulum 2013 seperti yang tertulis di alinea pertama. 


    Mengapa?
Sebab hal membaca tidak harus diterjemahkan sebagai kemampuan siswa mengeja tulisan dalam bentuk huruf dan angka. Kita akrab dengan kata: Iqra! Bacalah! Tafsirnya pasti tidak sekedar membaca tulisan dalam bentuk huruf dan angka. Bacalah atas nama Tuhanmu! Bacalah dengan cara seperti Tuhan membaca. Dengan “indra”-Nya Tuhan membaca segalanya. Kita dapat membaca melalui seluruh indra kita. Membaca dengan seluruh indra yang kita miliki, niscaya akan menyadarkan kita bahwa pengetahuan yang kita baca justru jauh lebih banyak dan luas dibanding dengan yang tertuang dalam bentuk tulisan, huruf dan angka.

   Dengan paradigma di atas maka dapat kita simpulkan bahwa sesungguhnya Siswa Kelas I SD/MI pun sudah dapat membaca. Dapat "membaca" dengan berbagai indranya. Ia tahu sosok ayah-ibunya, sosok gurunya melalui penglihatannya. Ia kenal suara ibunya lewat telinga. Ia mengenal bau makanan lewat hidungnya. Ia dapat membedakan benda panas dan dingin. Ia mengenal teman dengan mengingat nama, bentuk wajah dan tubuhnya. Mereka telah banyak mengenal benda di sekitarnya lewat berbagai tekstur, bentuk, suara, warna dan lambang-lambang lainnya. Sebab proses membaca adalah ketika indra dipergunakan untuk mendeteksi sinyal yang masuk dan otak dapat menangkap dan menerjemahkan sesuatu itu dengan tepat.

   Kurikulum dalam dimensi proses adalah “realisasi ide dan rancangan kurikulum menjadi suatu proses pembelajaran”. Guru adalah tenaga kependidikan utama yang mengembangkan ide dan rancangan tersebut menjadi proses pembelajaran. Jika guru memahami kompetensi awal para siswanya maka hal tersebut dapat memperlancar kegiatan belajar mengajar yang kita inginkan.

   Setiap guru pasti paham bahwa sesungguhnya siswa Kelas I SD/MI mampu membaca dengan berbagai indranya. Bahkan mereka pun mampu “menulis” di dalam benaknya sebagai ingatan pengetahuan. Keterpaduan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa kiranya dapat kita amati, dapat "terbaca" dengan mudah. Topik awal untuk Kelas I SD/MI adalah “Aku dan Teman Baru”, barangkali ini sekedar contoh; dengan hanya menempatkan dua orang anak dalam jarak 10 meter dari teman-temannya lalu meminta anak-anak yang lain untuk memegang bajunya kita dapat membaca keterpaduan tiga kompetensi aktivitas mereka.

    1.  Bahasa Indonesia; ketika anak memahami perintah kita
2. Matematika; ketika anak tahu bahwa yang harus dipegang bajunya adalah dua orang anak, teman-temannya adalah merupakan himpunan anak.
3.   PPKn; ketika anak dengan senang hati mendekati dan memegang bajunya, pandai bergaul.
4.   Seni Budaya dan Prakarya; ketika siswa memegang baju. Baju adalah bagian dari seni budaya, dan hasil karya manusia.
5.   Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan; ketika anak berjalan, berlari adalah aktivitas olahraga yang menunjukkan kesehatan tiap siswa.

  Semoga dengan tulisan yang sangat sederhana ini dapat menjadi acuan bahwa “membaca” bukan hanya dengan cara mengeja simbol-simbol huruf dan angka, tapi dapat pula dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan indra yang digunakan.
Semoga pula tulisan ini dapat membantu dan memudahkan pelaksanaan Kurikulum 2013 khususnya di Kelas I SD/MI.
Salam!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar