Jumat, 20 September 2013

PRESTASI PALGUNADI

PRESTASI PALGUNADI
Toto Endargo

 Menggali dan mengusung budaya daerah untuk ditampilkan di depan anak-anak di jaman internet sekarang ini bukanlah hal yang mudah. Tidak semua siswa tertarik untuk menyimaknya. Namun menjadi kewajiban kita untuk mengenalkan budaya daerah yang tentu mereka anggap kuno, agar mereka mengenal dan sangat bersyukur jika mereka mau menghayatinya.

Berikut ini adalah salah satu cerita yang mungkin dapat dijadikan sebagai cerita motivasi bagi anak-anak tentang keberhasilan sebuah prestasi hasil kerja keras, belajar mandiri. Cerita dari dunia pewayangan, bagian dari cerita Mahabharata. Palgunadi adalah nama tokoh dalam cerita ini. Dia memiliki semangat belajar mandiri yang kuat. Fasilitas sederhana dan sangat terbatas tidak menyurutkan keinginannya untuk memiliki kemampuan sejajar dengan Arjuna bahkan pada akhirnya mampu melebihi Arjuna.

Dikisahkan Bambang Ekalaya atau Palgunadi adalah anak kaum pemburu dari negeri Nisada. Dia ingin menjadi pemanah terbaik di dunia, minimal setara dengan Arjuna. Arjuna sangat kesohor kesaktiannya. Arjuna sangat mahir memanah karena dia murid Resi Drona. Resi Drona atau Pandhita Drona adalah mahaguru di Perguruan Tinggi Negeri Astina.
Suatu hari Palgunadi datang ke Astina dan memohon kepada Resi Drona agar dia diterima sebagai mahasiswanya. Namun Sang Mahaguru Drona menolaknya. Karena Palgunadi bukan ksatria darah Bharata dan hanya keturunan kaum pemburu Negeri Nisada. Palgunadi gagal menjadi mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri bergengsi.
Dengan keinginan yang tidak lenyap dari dirinya, dia meninggalkan Negeri Astina. Masuklah dia ke dalam hutan. Segera dibuatnya sebuah patung yang mirip Resi Drona. Patung dihayati layaknya benar-benar Resi Drona yang hadir untuk membimbingnya belajar memanah. Dengan hikmat dia memuja dan menghormati Patung Drona, menjadi kegiatan wajib setiap kali dia mengawali dan mengakhiri latihan memanah sendirian di hutan itu.
Syahdan dengan segala kegigihannya dalam belajar mandiri, dibimbing Patung Drona, Palgunadi menjelma menjadi prajurit yang gagah dengan kecakapan memanah yang luar biasa, tak cukup sejajar dengan kepandaian Arjuna, tapi justru lebih pandai daripada Arjuna, mahasiswa kesayangan Mahaguru Drona. Kepandaian Palgunadi memanah yang hebat ini pun diketahui dan diakui oleh seluruh penduduk Negeri Astina, termasuk Arjuna dan Resi Drona. Arjuna tak lagi menjadi prajurit pemanah yang terhebat. Palgunadi pun tak kalah hebatnya. 
Tanjep kayon!

Cerita di atas penulis ceritakan di depan para siswa dengan dilengkapi gambar wayang Palgunadi, Arjuna, dan Drona seukuran folio. Dihiasi tembang suluk dan bunyi pukulan cempala dari kayu pegangan stempel di meja siswa.

Dhog, dhog, drodhog!
Dalam konstek kekinian barangkali Palgunadi adalah seorang mahasiswa Universitas Terbuka (UT) yang mumpuni. Patung Drona diibaratkan buku keilmuan, modul yang ditulis oleh Mahaguru Drona. Palgunadi mampu belajar mandiri hanya bermodal modul. Buku modul adalah perwujudan ilmu pilihan yang dikuasai oleh para penulisnya. Palgunadi mampu menghayati ilmu yang tertulis dalam buku modul sehingga dia mampu berprestasi. Mengalahkan Arjuna si mahasiswa perguruan tinggi negeri reguler, mahasiswa kesayangan Mahaguru Drona yang mendapat bimbingan setiap hari.
Ada hal yang dapat dicermati dari cerita Prestasi Palgunadi di atas. 
Bahwa:

1. Palgunadi tidak diterima di perguruan tinggi negeri reguler karena tidak memiliki modal yang memadai.
2.  Palgunadi tidak putus belajar, dia memilih tempat belajar alternatif yang sesuai dengan modalnya yaitu ke Universitas Terbuka.
3.   Dia belajar dengan tekun secara mandiri penuh semangat atas prakarsa atau inisiatif sendiri.
4.   Dia belajar sendirian sehingga dia berlaku wajar, jujur, tidak nyontek, tidak kolusi, dan tidak pernah copy-paste karya orang lain.
5.  Menghayati, menguasai, mempraktikkan isi modul yang secara khusus dipelajari secara mandiri.
6. Dia belajar tanpa tatap muka dengan gurunya sehingga dia dituntut memiliki disiplin diri, inisiatif, dan motivasi belajar yang sangat kuat.
7.   Ternyata prestasi Palgunadi mampu melebihi prestasi Arjuna mahasiswa dari Perguruan Tinggi Negeri Reguler.

Dhog, dhog, drodhog!
Palgunadi adalah cerita dari dunia pewayangan namun di dunia nyata tidak sedikit yang berprestasi seperti Palgunadi. Prestasi tidak harus menjadi yang terbaik, tidak harus menjadi juara. Berlaku positif, selalu optimis, dan memiliki disiplin serta berinisiatif belajar dengan tekun penuh semangat pun suatu prestasi yang menyenangkan.

Akan menjadi sangat naif jika kita yang dibimbing guru setiap hari namun tidak juga berinisiatif untuk berprestasi. Dan lebih naif lagi untuk mereka yang bertabur fasilitas namun aktivitasnya amburadul.
    
    Dhog, dhog, drodhog!

Sangsaya dalu raras ambyor lintang kumedhap,
titi sonya madya ratri, terang gandaning puspita,
karengganing pujanira, sang dwijawara mbrengengeng,
lir swaraning madu branta, manungsung sarining kembang.

(Semakin malam, hening, bertebaran bintang berkedip,
sungguh sunyi tengah malam, menyebar bau bebungaan,
dihiasi kekaguman, sang kumbang pun berdengung,
seperti suara “madu cinta”, sedang menghisap sari bunga)

Semoga bermanfaat!


3 komentar:

  1. "Akan menjadi sangat naif jika kita yang dibimbing guru setiap hari namun tidak juga berinisiatif untuk berprestasi. Dan lebih naif lagi untuk mereka yang bertabur fasilitas namun aktivitasnya amburadul."

    Saya suka kalimat di atas.

    Salam dari murid bapak alumni 2000-2001 (Eli Ermawati) :)

    BalasHapus
  2. Hadir dari perantauan, nunut maos pak Toto. Maturnembahnuwun.

    BalasHapus
  3. Nderek maos p. Toto.. maturnembah nuwun

    BalasHapus