PRESTASI
PALGUNADI
Toto
Endargo
Menggali dan mengusung budaya daerah untuk
ditampilkan di depan anak-anak di jaman internet sekarang ini bukanlah hal yang
mudah. Tidak semua siswa tertarik untuk menyimaknya. Namun menjadi kewajiban
kita untuk mengenalkan budaya daerah yang tentu mereka anggap kuno, agar
mereka mengenal dan sangat bersyukur jika mereka mau menghayatinya.
Berikut
ini adalah salah satu cerita yang mungkin dapat dijadikan sebagai cerita motivasi
bagi anak-anak tentang keberhasilan sebuah prestasi hasil kerja keras, belajar
mandiri. Cerita dari dunia pewayangan, bagian dari cerita Mahabharata. Palgunadi adalah nama tokoh dalam cerita ini. Dia
memiliki semangat belajar mandiri yang kuat. Fasilitas sederhana dan sangat terbatas tidak menyurutkan keinginannya untuk memiliki kemampuan sejajar dengan Arjuna bahkan pada akhirnya mampu melebihi Arjuna.

Suatu hari Palgunadi datang ke Astina dan memohon kepada Resi Drona agar dia
diterima sebagai mahasiswanya. Namun Sang Mahaguru Drona menolaknya. Karena Palgunadi
bukan ksatria darah Bharata dan hanya keturunan kaum pemburu Negeri Nisada. Palgunadi gagal menjadi
mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri bergengsi.
Dengan keinginan yang tidak lenyap dari dirinya, dia meninggalkan Negeri
Astina. Masuklah dia ke dalam hutan. Segera dibuatnya sebuah patung yang mirip
Resi Drona. Patung dihayati layaknya benar-benar Resi Drona yang hadir untuk membimbingnya
belajar memanah. Dengan hikmat dia memuja dan menghormati Patung Drona, menjadi
kegiatan wajib setiap kali dia mengawali dan mengakhiri latihan memanah sendirian
di hutan itu.
Syahdan dengan segala kegigihannya dalam belajar mandiri, dibimbing
Patung Drona, Palgunadi menjelma menjadi prajurit yang gagah dengan kecakapan
memanah yang luar biasa, tak cukup sejajar dengan kepandaian Arjuna, tapi
justru lebih pandai daripada Arjuna, mahasiswa kesayangan Mahaguru Drona. Kepandaian
Palgunadi memanah yang hebat ini pun diketahui dan diakui oleh seluruh penduduk
Negeri Astina, termasuk Arjuna dan Resi Drona. Arjuna tak lagi menjadi prajurit
pemanah yang terhebat. Palgunadi pun tak kalah hebatnya.
Tanjep kayon!
Tanjep kayon!
Cerita di atas penulis ceritakan di depan para siswa dengan dilengkapi
gambar wayang Palgunadi, Arjuna, dan Drona seukuran folio. Dihiasi tembang
suluk dan bunyi pukulan cempala dari kayu pegangan stempel di meja siswa.
Dhog, dhog, drodhog!
Dalam konstek kekinian barangkali Palgunadi adalah seorang mahasiswa
Universitas Terbuka (UT) yang mumpuni. Patung Drona diibaratkan buku keilmuan,
modul yang ditulis oleh Mahaguru Drona. Palgunadi mampu belajar mandiri hanya
bermodal modul. Buku modul adalah perwujudan ilmu pilihan yang dikuasai oleh para
penulisnya. Palgunadi mampu menghayati ilmu yang tertulis dalam buku modul
sehingga dia mampu berprestasi. Mengalahkan Arjuna si mahasiswa perguruan
tinggi negeri reguler, mahasiswa kesayangan Mahaguru Drona yang mendapat
bimbingan setiap hari.
Ada hal yang dapat dicermati dari cerita Prestasi Palgunadi di atas.
Bahwa:
1. Palgunadi tidak diterima di perguruan tinggi negeri reguler karena tidak memiliki modal yang memadai.
Bahwa:
1. Palgunadi tidak diterima di perguruan tinggi negeri reguler karena tidak memiliki modal yang memadai.
2. Palgunadi tidak putus belajar, dia memilih tempat belajar alternatif yang
sesuai dengan modalnya yaitu ke Universitas Terbuka.
3.
Dia belajar dengan tekun secara mandiri penuh semangat atas prakarsa atau
inisiatif sendiri.
4.
Dia belajar sendirian sehingga dia berlaku wajar, jujur, tidak nyontek,
tidak kolusi, dan tidak pernah copy-paste karya orang lain.
5. Menghayati, menguasai, mempraktikkan isi modul yang secara khusus dipelajari
secara mandiri.
6. Dia
belajar tanpa tatap muka dengan gurunya sehingga dia dituntut memiliki disiplin
diri, inisiatif, dan motivasi belajar yang sangat kuat.
7.
Ternyata
prestasi Palgunadi mampu melebihi prestasi Arjuna mahasiswa dari Perguruan
Tinggi Negeri Reguler.
Dhog, dhog, drodhog!
Palgunadi adalah cerita dari dunia pewayangan namun di dunia nyata tidak
sedikit yang berprestasi seperti Palgunadi. Prestasi tidak harus menjadi yang
terbaik, tidak harus menjadi juara. Berlaku positif, selalu optimis, dan memiliki disiplin serta berinisiatif
belajar dengan tekun penuh semangat pun suatu prestasi yang menyenangkan.
Akan menjadi sangat naif jika kita yang dibimbing guru setiap hari namun
tidak juga berinisiatif untuk berprestasi. Dan lebih naif lagi untuk mereka
yang bertabur fasilitas namun aktivitasnya amburadul.
Dhog, dhog, drodhog!
Sangsaya dalu raras ambyor lintang kumedhap,
titi sonya madya ratri, terang gandaning puspita,
karengganing pujanira, sang dwijawara mbrengengeng,
lir swaraning madu branta, manungsung sarining kembang.
(Semakin malam, hening, bertebaran bintang berkedip,
sungguh sunyi tengah malam, menyebar bau bebungaan,
dihiasi kekaguman, sang kumbang pun berdengung,
seperti suara “madu cinta”, sedang menghisap sari bunga)
Semoga bermanfaat!
"Akan menjadi sangat naif jika kita yang dibimbing guru setiap hari namun tidak juga berinisiatif untuk berprestasi. Dan lebih naif lagi untuk mereka yang bertabur fasilitas namun aktivitasnya amburadul."
BalasHapusSaya suka kalimat di atas.
Salam dari murid bapak alumni 2000-2001 (Eli Ermawati) :)
Hadir dari perantauan, nunut maos pak Toto. Maturnembahnuwun.
BalasHapusNderek maos p. Toto.. maturnembah nuwun
BalasHapus