Jumat, 17 Mei 2013

JURUS SLOGAN PILKADA


JURUS SLOGAN PILKADA
Toto Endargo

Pilkada Jawa Tengah 2013 mengusung tiga pasang calon Gubernur dan Wakil Gubernur sehingga ada tiga slogan atau motto sebagai kata “bertuah”. Pasangan HP-Don (Hadi Prabowo-Don Murdono) berslogan; Ngajeni Lan Ngayomi. Petahan BISSA (Bibit-Sudijono) dengan slogan terdahulunya; Bali Ndeso Mbangun Deso, Lanjutkan!  Pasangan cagub dan cawagub GAGAH (Ganjar-Heru) menggunakan slogan; Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi.
Sedikitnya ada tiga pihak yang tersasar oleh jurus slogan pilkada di atas yaitu: Bagi pasangan yang bersangkutan sebagai kebanggaan, bagi calon lain sebagai sindiran, dan bagi para pemilih sebagai daya tarik bahan renungan.
Berikut ini sedikit penerapan slogan yang saya tulis secara usil terhadap ketiga sasaran tersebut. Agar mendapatkan bacaan yang nyaman dalam tulisan ini maka kata; menganggap, seakan-akan, dianggap yang seharusnya ada di depan kalimat opini sengaja penulis hilangkan.

1.       Ngajeni Lan Ngayomi
Dengan slogan Ngajeni Lan Ngayomi maka “seakan akan” hanya pasangan HP-Don -lah yang dapat menghargai dan melindungi rakyat. Pasangan lain “dianggap” tidak mampu menghormati dan melindungi pemilihnya. Pemilih dimana saja baik yang di kota maupun di desa, yang baik dan yang jahat, akan dihormati dan dilindungi oleh gubernur dan wakilnya. Barangkali bagi yang cerdas, cermat dan usil maka akan berkata, “Ternyata pasangan ini berniat juga menghormati dan melindungi para koruptor!” Khusus menyimak kalimat “ngajeni lan ngayomi”, dalam bahasa Jawa itu kalimat ngoko, kalimat ini termasuk katagori bukan untuk menghormati sebab untuk menghormati orang lain seharusnya dipilih basa krama. Jadi muncul ironi; dalam hal slogan ingin ngajeni namun bahasa yang dipilih ternyata bukan krama, malah tidak ngajeni.

2.       Bali Ndeso Mbangun Deso, Lanjutkan! 
Dengan slogan Bali Ndeso Mbangun Deso, Lanjutkan!  Hanya pasangan Bibit-Sudiyono–lah yang bersedia kembali ke desa dan membangun desa. Pasangan lain tidak akan kembali ke desa dan membangun pedesaan. Kalimat mbangun desa dapat dimaknai terjadi diskriminasi pembangunan, bahwa hanya desalah yang akan dibangun, akan tidak ada pembangunan di kota. Kata lanjutkan justru menyangatkan bahwa pasangan ini semakin tidak peduli kepada pembangunan di kota. Jika orang kota sadar dan usil terhadap makna slogan ini tentu mereka akan enggan memilih pasangan Bibit-Sudiyono. Kata BISSA dengan dua huruf “S”, menjadi kata yang tak bermakna di wilayah Bahasa Indonesia. Jika ditulis BISA, maka kata ini punya efek paling luar biasa. Bisa! Bisa apa? Bisa memimpin? Bisa sukses? Bisa bangkrut? Bisa korupsi? Bisa selewengan? Bisa main kasar? Bisa arogan? Dan banyak kata positif maupun negatif dapat ditaruh di belakang kata bisa. Slogan yang tak jelas tujuannya! Di sisi lain, kata bisa adalah kata yang dapat bermakna racun pada ular dan serangga, sehingga orang usil akan berkata, “Hati-hati pasangan ini berbisa, lho!”

3.       Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi.
Pasangan cagub dan cawagub GAGAH (Ganjar-Heru) menggunakan slogan; Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi. Hanya pasangan ini yang bersih, tidak korupsi terhadap kekayaan rakyat dan negara, tidak membohongi para pemilihnya. Secara tajam dan lugas seakan menganggap bahwa pasangan lain korupsi dan berbohong. Slogan njawani karena menggunakan bahasa Jawa; sopan, ngajeni, menghargai orang lain, karena menggunakan kata mboten sebagai bentuk bahasa krama. Bahasa tutur di Jawa Tengah. Korupsi dan membohongi rakyat adalah penyakit modern yang diderita oleh banyak negara, termasuk Indonesia sebagai penderita yang parah. Korupsi dan berbohong kepada pemilih adalah sifat yang tidak menghormati dan tidak melindungi rakyat, perbuatan yang menjadikan pembangunan di Indonesia sangat terhambat. Jadi kalau pemimpin kita mboten korupsi, mboten ngapusi, berarti pemimpin kita menghormati dan melindungi rakyatnya, dengan demikian pembangunan dapat terwujud dengan lancar dan benar. Dengan sedikit kecermatan maka slogan mboten korupsi, mboten ngapusi, sebagai slogan yang cerdas, mampu merangkum seluruh kelebihan dari kedua slogan pasangan yang lain. Mampu mengungkapkan image menghormati dan melindungi pemilihnya dan tidak bersifat diskriminasi terhadap pembangunan. Diharapkan dengan jurus slogan ini para pemilih di bilik suara dengan “Bismillaahir rohmaanir rohiim” mencoblos nomor tiga karena pasangan ini paling cerdas, bersih, tidak korupsi, dan tidak ngapusi!
Setiap warga negara punya hak untuk mengemukakan pendapatnya. Slogan yang bertebaran pun dapat mengundang pendapat yang berbeda. Setiap slogan sudah dimasak matang-matang di forum masing-masing pasangan. Mengasyikan untuk menikmati dan mengunyahnya. Sajian HP-Don rasanya setengah matang, slogan BISSA jelas masakan kemarin, ditambahi bumbu yang sudah tidak istimewa lagi, slogan dari Gagah walau datangnya agak belakangan namun masakan telah dimasak dengan cerdas, pedas dan mengena.
Tulisan ini dimaksudkan sebagai bagian dari Pelajaran Bahasa Indonesia, memberi contoh mencari makna slogan dalam hubungannya dengan peristiwa lingkungan yang mendukungnya.
Semoga bermanfaat!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar