![]() |
| Pembakaran Gudang di Kembaran - ChatGPT |
Komando Kesatuan Gerilya di Purwokerto
Bagaimanapun juga Belanda berusaha untuk mendirikan Pemerintahan Sipil di tempat yang mereka duduki, namun hal ini selalu mengalami kegagalan karena rakyat Indonesih pada umumnya sudah benar bertekat bulat untuk merdeka dan tidak mau dijajah lagi.
Kadatangan Belanda tidak mendapat sambutan yang baik dan bahkan hampir semua penjabat pemerintah sipil RI, meninggalkan tempat dan jabatan mereka, untuk selanjutnya masuk dalam daerah kekuasaan RI.
Perlawanan kita, TNI dan rakyat, terhadap Belanda dilakukan dengan gigih dan yang sangat menguntungkan kita ialah serangan gerilya dan pencegatan konvoi. Dalam menghadapi perlawanan kita itu Belanda merasa kewalahan, karena serangan itu dilakukan oleh gerilyawan kita yang terdiri dari para pemuda, dengan sponsor TNI kita, yang berasal dan bertempat tinggal di daerah yang diduduki Belanda.
Mereka ini merupakan musuh dalam selimut Belanda, dan mereka inipun adalah informan-informan TNI untuk sewaktu араbila ada hal yang perlu, segera menyampaikan kepada, pos-pos TNI yang terdekat. Dengan demikian gerak-gerik Belanda, selalu diketahui oleh TNI, bahkan serangan Belanda, selalu dapat digagalkan, karena mereka sudah terlebih dahulu diketahui oleh TNI.
Gerilyawan kita adalah gerilyawan-gerilyawan yang diatur dengan baik, mereka ini tidak merupakan perilyawan liar yang tanpa Komando dari pimpinan TNI. Begitulah, gerilyawan kita menjadi satuan gerilya yang makin lama makin menjadi kuat dan besar dengan persenjataan yang dapat mereka rebut dari Belanda musuhnya.
Pasukan gerilya yang beroperasi di daerah Divisi Sunan Gunungjati, khususnya yang beroperasi di daerah Banyumas adalah pasukan gerilya yang dipimpin oleh Letda PTR Soepeno, sebagai hasil keputusan sidang yang diadakan oleh tokoh pimpinan di daerah Purwokerto, pada saat Purwokerto sedang dalam serangan Belanda.
Sidarng tersebut diadakan di desa Ketenger sebelah utara Purwokerto pada tanggal 1 Agus-tus 1947, 3 hari sebelum anjuran Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan tembak menembak antara Belanda dan Indonesia dikeluarkan. Dan selanjutnya pertikaian diselesaikan dengan jalan damai.
Susunan lengkap komando kesatuan gerilya di Purwokerto adalah sebagi berikut:
1. Pucuk Pimpinan : Letda P.T.R. Soepeno
2. Wakil I Pucuk Pimpinan : Kapten P.T.R. Soewagijo
3. Wakil II Pucuk Pimpinan : Budihardjo.
4. Staf terdiri dari:
a. Let Kol. TNI Masjarakat Sutedjo.
b. Let Kol. TNI Masjarakat Agus
c. Suwarto SH – Wakil Residen
d. Gatot SH – Kepala Pangadilan Negeri.
e. Kapten Wirjosendjojo.
f. Herman SH – Kementerian Dalam Negeri,
g. Ir Utji – D.Κ.Α.
h. Roni Sulaiman
i. Sukosampurno.
Kesatuan Pasukan Gerilya Pancakoa
Dengan masuknya tentara Belanda ke Purwokerto, maka Batalyon yang dipimpin Mayor Brotosiswoyo diperintahkan untuk kembali ke Kutaliman, sebuah desa yang terletak di sebelah utara Purwokerto termasuk kompleks Gunung Slamet untuk bergerak, beroperasi di daerah sekitar Purwokerto.
Dengan kedatangan Batalyon Brotosiswojo itu, maka diadakanlah perundingan antara Mayor Sujoto untuk dapatnya dibentuk satu kesatuan Komando. Setelah selesai pertemuan itu, kesatuan barisan gerilya diserahkan kepada Mayor Brotosiswojo. Letda P.T.R. Soepeno kemudian berhasil membentuk pertahanan rakyat dengan nama Kesatuan Pasukan Gerilya "PANCAKOA".
Ini terjadi pada tanggal 17 Agustus 1947 dengan pucuk pimpinan Letda P.T.R. Soepeno sendiri sedangkan sebagai wakilnya adalah H. Mashuri alias Matkartam. Sebagai markasnya dipilih desa Jipang. Setiap malam "Pancakoa" mengadakan serangan terus-menerus, bahkan sekali waktu sampai masuk ke tengah kota Purwokerto. Pada tgl. 30 Agustus 1947, gudang peluru milik Belanda yang disimpan didesa Kembaran, Purwokerto dapat dibakar, sehingga menggemparkan seluruh penduduk Purwokerto dan sekitarnya, yang mau tidak mau membesarkan hati, jiwa dan semangat juang rakyat.
Pada bulan September 1947 Belanda menempatkan pos di Patikraja, Rawalo, Jatilawang dan Wangon. Untuk menghadapi pos Belanda inı pasukan pasukan gerilya Pancakoa menyusup ke daerah itu dan membentuk Posko di desa Kaliputih yang terletak di sebelah utara Djatilawang. Dari Kaliputih inilah dilantjarkan serangan terhadap pos-pos Belanda dengan hasil baik.
Beberapa pucuk senjata dapat dirampas a. l.:
· Dari pos Karangluwas 3 pucuk L. F.,
· Pos Patikraja 3 pucuk Brengun,
· dari pos Rawalo 95 pucuk senapan dan
· dari Pos Jatilawang 1 pucuk pistol.
Keadaan yang demikian bukan hanya sekedar menguntungkan secara materieel saja, melainkan membawa pengaruh moril yang besar terhadap rakyat setempat.
Selain serangan secara fisik yang dilakukan oleh pasukan gerilya Pancakoa ini, mereka juga membentuk pemerintahan sipil (pamong praja) guna melantjarkan jalannya pemerintahan Republik Indonesia serta mengadakan kampanye anti Belanda yang terang-terang ingin menjajah kembali dan merobek-robek kemerdekaan Indonesia. Aktifitas pasukan gerilya Pancakoa berjalan terus, sehingga kesempatan istirahat bagi fihak lawan tidak ada.
Demikianlah pada tanggal 10 Oktober 1947 pasukan gerilya mengadakan serangan atas Jatilawang dan Wangon sehingga rakyat Jatilawang, Wangon dan sekitarnya benar-benar menaruh kepercayaan terhadap Republik Indonesia, dan rasa benci mereka kepada Belanda benar-benar tertanam dalam kalbunya.
Dari keadaan ini rakyat sudah dapat dipercaja untuk mengusir penjajah Belanda dari daerahnya. Selanjutnja pasukan gerilya Pancakoa bergerak terus menuju ke tempat lain yaitu ke Paningkaban, sebuah desa yang terletak di sebelah utara Lumbir. Setelah seminggu berada disitu pasukan gerilya Pancakoa meneruskan gerakannya ke Kawunganten, dan memilih desa Jurangmangu sebagai Poskonya. Dari sini dilancar-kan serangan ke Kawunganten, Kubangkangkung, Gandrungmangu dan Sidaredja dengan tujuan a.l:
· Menghadang pasukan Belanda yang sedang mengadakan penangkapan terhadap rakyat di desa Sarwadadi, dan dalam pertempuran ini pasukan gerilya Pancakoa berhasil melepaskan tawanan-tawanan tersebut.
· Menyerang pos Belanda di Kubangkangkung dan membakar perumahan milik perkebunan karet.
· Menyerang Gandrungmangu dan membakar padi yang berdekatan dengan pasar.
Demikianlah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pasukan gerilya Pancakoa dalam slagorde Divisi Gunungjati.
Pasukan gerilya yang ada dalam slagorde Divisi III Pangeran Diponegoro, maupun Divisi IV Panembahan Senapati juga tidak tercela dan selalu mengadakan serangan-serangan yang terus-menerus terhadap Belanda.
Pasukan-pasukan gerilya yang terkenal dalam daerah di luar DivISI ii Gunungjati adalah antara lain:
1. Pasukan Kyai Biru dengan daerah operasinya Sektor utara Div. III yang dipimpin oleh Letkol Sarbini.
2. Pimpinan Gerilya Rakyat (P. G. R.).
3. Markas Pertahanan Rakyat (M. P. R.).
4. Pasukan B. A. T. U. (Barisan Tahan Uji ) - Pasukan Merbabu.
5. Pasukan Markas Kuda Besi / Sabotase Service (M.B.K / S.S.).
===
.png)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar